June 12, 2008

Remaja dan Gaya Hidup

Oleh: Nazhori Author



Berdasarkan hasil surveinya Global Youth Tobacco Survey (GYTS) melaporkan bahwa Indonesia pada 2006 terhadap remaja usia 13-15 tahun, sebanyak 24,5 persen remaja laki-laki dan 2,3 persen remaja perempuan merupakan perokok. Bahkan jumlah perokok perempuan di Jakarta mencapai 40 persen, ujar spesialis paru di Jakarta, Prof dr Tjandra Yoga Aditama (Koran Jakarta, 31 Mei 2008).

Siapa sangka jika para pelajar sebagai generasi muda belakangan ini semakin terpuruk. Hal ini ditandai dengan hasil survey Global Youth Tobacco Survey (GYTS) yang cukup menakjubkan bahwa remaja kita telah menjadi smoker. Memang tidak semua remaja sebagai perokok tapi suvei tersebut dapat menjadi tolok ukur bahwa dilihat dari faktor lingkungan pergaulan remaja cukup memprihatinkan.

Padahal sebelum hari tembakau sedunia diperingati, masih ada sebagian pelajar yang menunjukkan sikap angkaranya terhadap pelajar lain di Kebayoran Baru belum lama ini. Alhasil, sungguh mengerikan ekspresi anarkistis ditunjukkan pelajar yang diliput oleh media cetak dan elektronik. Sementara angkara mahasiswa juga dipertontonkan di jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Dengan pendekatan psikologi-sosial kejadian tersebut semakin mengingatkan kecemasan Erich Fromm tentang suatu masa di mana manusia terhenti menjadi manusia dan beralih menjadi mesin yang tidak berpikir dan tidak berperasaan. Situasi ini juga digambarkan oleh aksi kekerasan yang dilakukan oleh FPI yang sebagian generasi muda terhadap aktivis Aliansi Kebangsaan yang memperingati hari Pancasila di Monas awal Juni kemarin. Kecemasan menuju klimaksnya karena cinta dan kekerasan seperti air dan api yang bisa memberikan efek negatif terhadap generasi muda bahwa kekerasan terhadap orang lain sebagai salah satu cara yang dihalalkan.

Gaya Hidup
Dunia remaja adalah dunia yang menyenangkan. Banyak orang bilang masa remaja jika tidak dinikmati kelak dewasa nanti akan rugi karena masa remaja tidak akan kembali lagi. Satu sisi pernyataan ini masuk akal di sisi lain menyesatkan karena hanya dilihat dari sudut pandangnya yang hedonis. Karena remaja diidentikan dengan gaya hidup yang penuh hura-hura.

Meskipun ada sebagian kenyataannya yang demikian, sesat pikir itu harus segera dilenyapkan. Bagaimana memandang remaja sebagai sosok yang dinamis dan kreatif bukan sebagai target perluasan pasar dari kultur industri yang memanjakan budaya pop. Boleh jadi meningkatnya angka perokok bagi remaja karena remaja dilihat dari target pasar sebagai sudut pandangnya.

Remaja dan gaya hidup sulit untuk dipisahkan. Mengingat gaya hidup adalah trend yang up to date dan diikuti agar tidak ketinggalan jaman. Mulai dari sikap dan bahasa tubuh aktivitas remaja modern sekarang telah menyatu dalam budaya pop. Budaya pop sebagaimana digambarkan Baudrillard dalam Yasraf A. Piliang (1998) adalah arus kapitalisme lanjut yang dikejar prinsip kemajuan, kebaruan, percepatan dan perbedaan, segala sesuatu didaulat sebagai komoditi.
Inilah yang diinginkan remaja sebagai generasi muda. Adalah paradoks jika dalam perspektif ekonomi industri rokok menjadikan remaja sebagai target pasar sedangkan ahli kesehatan menginginkan remaja sebagai generasi muda yang sehat, cerdas dan kreatif. Dalam kenyataannya informasi dan hiburan yang dikemas dalam kotak televisi, iklan dan ragam tontonan lainnya tidak sedikit yang menyajikan proses indoktrinasi nilai, tema dan identitas itu sendiri yang menawarkan kenikmatan pada remaja.

Adorno dalam The Culture Industry (2001) mengatakan skema budaya massa atau budaya pop memiliki karakter komersil yang ditandai oleh perbedaan antara budaya dan praktik hidup yang sebenarnya hilang. Keindahan atau bahkan keburukan sulit untuk dikenali karena bercampur baurnya kehidupan dan budaya yang diciptakan oleh manusia itu sendiri.
Dalam masyarakat industri yang ditopang oleh kemajuan informasi dan teknologi ini nurani dan akal budi perlahan-lahan diendapkan dalam lubang yang tidak ada harganya. Masyarakat berubah menjadi teknokratis yang menuruti petunjuk-petunjuk digital. Masyarakat khususnya remaja hanya disuguhkan oleh kenikmatan sesaat yang membawanya kepada kesadaran semu.
Gaya hidup bagi remaja adalah citra. Citra pemberani, penuh ekspresi dan tidak ketinggalan jaman. Modis dan trendi begitulah kirta-kira. Citra inilah yang dijual oleh kultur industri anak kandung dari kapitalisme. Teknik-teknik manipulasi dimainkan untuk mengangkat citra. Begitu juga dengan remaja baginya citra adalah produk modernisasi yang dikemas dalam pesannya yang paradoks.

Dampak dari gaya hidup belakangan menjangkiti remaja dengan membuncahnya kecumburuan sosial. Minder, rasa ingin tahu yang kuat, dan gejolak emosi menunjukkan wujudnya dalam bentuk kesenjangan, permisif dan munculnya kelompok-kelompok remaja dengan berbagai macam komunitasnya. Lebih-lebih ketika kemiskinan dan karut marutnya persoalan hidup makin menggencet. Tak mustahil jika emosi sosial remaja terus membara.

Tugas Pendidikan

Berat rasanya jika menyerahkan persoalan remaja kepada pendidikan. Pendidikan ibarat bengkel patologi sosial yang menerima kerumitan hidup remaja sehari-hari. Praktisi pendidikan dan agama harus tidak harus menerima beban ini dengan apa yang seharusnya dilakukan untuk membentengi remaja dari warna-warni pergaulan sosial.

Satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa dibutuhkan cara pandang melalui psikologi pendidikan untuk mendiagnosis patologi remaja. Mengingat remaja adalah agen perubahan sosial di masa depan yang harus diselamatkan. Pendidikan sebagai sarana gerakan sosial yang baru sejatinya dengan kehadirannya mampu melakukan tugasnya guna menyapa para remaja dengan kemasan yang menarik.

Tentu saja dengan menggunakan pendekatannya yang menyenangkan, dialogis dan memberikan rasa nyaman bagi remaja. Pada mulanya krisis identitas di kalangan remaja lebih diakibatkan pada tersumbatnya ruang untuk belajar dan berekspresi. Oleh karena itu, kegagalan belajar ini harus segera dicarikan solusinya dengan memainkan pendidikan sebagai model agen perubahan sosial untuk remaja.

Penulis adalah Alumnus STAIN Purwokerto


0 comments:

Post a Comment

Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?