Beragama tanpa akal ibarat berjalan tanpa kaki.
Adagium ini telah membuka perspektif bahwa beragama tidak cukup dengan ayat
atau hadis, namun bagaimana sumber-sumber otoritatif umat Islam ini dapat
dimaknai dengan akal sehingga mampu mengasah akal dan bukan menumpulkan akal.
Manusia diciptakan sebagai makhluk hidup untuk berfikir (tafakur) tentang alam dan seluruh isinya.
Perspektif tersebut sesungguhnya termanifestasi dalam
sebuah buku yang berjudul Ayat-Ayat Semesta
(2008). Penulis buku ini, Agus Purwanto seorang pakar Fisika Teoritis
lulusan Universitas Hiroshima, Jepang dengan lugas mengatakan bahwa di dalam
al-Qur’an ternyata banyak mengandung ilmu pengetahuan yang mengupas soal waktu
dan ruang, matahari, bulan, bumi, komposisi kimia dalam tubuh manusia, air, dan
lain sebagainya.