Siang itu sebuah pesan daring muncul di layar ponsel (7/8/2018). Pesan itu langsung saya buka, rupanya flyer yang berisi info Cargo Gratis. Dibawahnya tertulis “posko pengiriman bencana gempa Lombok”. Saya belum mengerti apa maksud pesan itu. Namun didalamnya tercantum nomor kontak dan alamatnya.
Segera saya menanyakan kepastian info itu ke nomor pengirim. Lalu dijawab betul. Keingintahuan saya terus membuncah, memastikan kembali dengan bertanya. Betul Pak. Silakan datang ke tempat kami di bilangan Manggarai, jawabnya. Terima kasih, jawab saya. Izinkan saya besok datang ke sana. Dengan senang hati, jawabnya memperkenalkan diri dengan nama Lambang.
Tadi pagi, saya meluncur ke lokasi sesuai alamat yang tertera dalam pesan yang disampaikan. Sepanjang perjalanan, jasa pengiriman cargo mudah ditemui sampai dengan Stasiun Manggarai. Sebuah sentra jasa pengiriman paket dengan moda transportasi darat. Perusahaan cargo menjamur di kawasan ini.
Banyak Truk besar di sini. Ini menambah keyakinan saya untuk segera menuju info tempat jasa pengiriman cargo gratis untuk melayani bencana gempa Lombok. Pukul 09.00 WIB, saya tiba. Persis di depan kantor yang dituju. Beberapa karyawan berseragam terlihat sedang menata barang-barang yang menumpuk.
Selebihnya dua karyawan sedang menimbang barang mencari berat aktual dengan menggeser logam kuningan yang mirip dacin. Di sebelahnya pick up sedang bongkar muat diringi suara mesin forklift. Beberapa karyawan bertanya kepada saya. Mencari siapa Mas? Pak Lambang jawab saya. Ditunggu mas sedang keluar sebentar.
Tak berapa lama, Pak Lambang datang. Ia mengajak saya menuju ruang kantornya di lantai dua. Tapi rasa penasaran itu masih menghantui saya. Tak sabar rasanya ingin bertanya soal Cargo Gratis kepada Pak Lambang. Tiba-tiba Pak Lambang membuka percakapan. Cargo Gratis Pak? Sebentar Mas. Baik Pak, sambil menahan udara dingin ruang ber-AC.
Begini Mas. Pada 2007, saat terjadi gempa di Sumbar, hati saya tergerak untuk membantu masyarakat yang akan mengirimkan bantuan untuk korban bencana. Itu awal mula gagasan Cargo Gratis muncul, ceritanya. Waktu itu saya baru kenal facebook. Peristiwa bencana Sumbar memantik ide saya untuk menawarkan jasa Cargo Gratis kepada masyarakat.
Saat itu saya baru merintis usaha jasa pengiriman, yang baru berjalan sejak 2002. Tempat masih ngontrak seadanya. Karyawan tidak banyak. Melalui Facebook saya infokan. Beberapa hari saya iklankan. “Hanya satu orang yang mengirimkan melalui jasa Cargo gratis ini,” kenangnya. Meski satu orang, saya tidak putus asa, tetap saya kirimkan. “Mungkin masih ada yang tidak tahu info ini,” tuturnya.
Selanjutnya saya membuat akun Twitter. Tujuannya untuk mempromosikan jasa pengiriman usaha yang saya geluti kala itu. Saya masih belajar bagaimana menggunakan Facebook dan Twitter itu sampai 2010.
Bersamaan dengan itu, kira-kira Oktober 2010, Gunung Merapi meletus. Saya mengikuti berita di televisi dan sosial media. Korbanya cukup banyak, termasuk yang fenomenal Mbah Marijan dan Wedus Gembel, katanya. Ide Cargo Gratis muncul lagi. Saya infokan kembali lewat Facebook dan Twitter.
Alhamdulillah, tanggapan masyarakat luar biasa. Semangat saya untuk membantu terus menyala. Sampai-sampai saya menangis. Menangis bukan karena sedih, tapi bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di Facebook dan Twitter. Sementara antusias masyarakat membantu para korban terus datang untuk menggunakan jasa Cargo Gratis. “Bingung juga, saya tetap fokus agar barang ini dapat dikirim,” pungkasnya.
Sampai batas waktu yang ditentukan, barang-barang bantuan itu berhasil dikumpulkan. Sumbernya dari perusahaan, yayasan maupun perorangan dan komunitas. Isinya macam-macam, ada selimut, pakaian, makanan siap saji dan lain-lain sesuai kebutuhan untuk para korban bencana.
Akhirnya semua dapat diangkut dengan memberangkatkan 10 Truk besar ke lokasi bencana. Hati saya gembira. Bersama masyarakat niat itu dapat diwujudkan. Kemudian saya lanjut bertanya kepada Pak Lambang, apakah tidak rugi Pak ? Bagaimana dengan bisnis jasa pengiriman ini selanjutnya. Padahal membutuhkan biaya tidak sedikit.
Saya juga tidak tahu Mas. Secara matematika kalau dihitung rugi. Karena moda transportasi yang tadi lancar karena bencana alam aksesnya jadi sulit. Butuh biaya besar. Perusahaan sejenis ini pasti akan berhitung. Bahkan bisa mahal harganya. Tapi karena niat awal saya ingin membantu sesama, maka pertolongan itu datang juga.
Banyak orang yang ikut membantu, selebihnya dari saya sendiri. Waktu itu ada seorang tamu selesap subuh. Ia mencari saya. Menanyakan soal Cargo Gratis untuk bencana. Lalu saya tanya, Anda siapa? Maaf Pak, saya disuruh Bos saya, kata tamu itu, tiru Pak Lambang. Iya siapa? Lalu disebutkan, maaf saya tidak kenal. Ini titipan Pak, ternyata ada seorang donatur yang ikut tergerak hatinya untuk membantu saya.
Sebetulnya saya hampir bingung, ternyata Tuhan menolong saya. Hari berikutnya bantuan itu terus datang untuk mendorong saya menyampaikan amanat itu kepada para korban becana. “Intinya saya hanya membantu transportasinya saja sampai ke tujuan lokasi bencana tempat korban bencana mengungsi,” ungkap Lambang.
Gempa Lombok
Pertanyaan kembali saya ajukan kepada Pak Lambang, Apakah gemba Lombok juga akan dilakukan hal yang sama? Iya Mas. Saya akan melakukan hal yang sama, jawab pria berumur 47 tahun ini. Sejauh ini bagaimana Pak Lambang. “Ikhtiar saja Mas, saya yakin dengan berbagi kebaikan Tuhan akan memberi jalan yang tepat” jawabnya.
Saya hanya menggeleng-geleng kepala. Dalam benak saya, apakah dengan pengusaha jasa pengiriman yang lain juga melakukan hal yang sama. Padahal usaha yang dirintisnya dari nol ini dibangun dengan keringat peluh yang panjang kisahnya. Dan jika bilang bukan perusahaan besar yang seperti saya lihat di tempat lain.
Pak Lambang kembali bercerita, saya masih meyakini bahwa usaha yang saya rintis ini meski berkembang tidak besar ada keberkahan di dalamnya. Ada hak orang lain juga di dalamnya. “Untung-rugi hal biasa dalam bisnis. Justeru itu tantangan bagi saya,” tandasnya.
Bahkan lanjut Lambang, dirinya mengaku jika sudah menginfokan jasa Cargo Gratis ini, kepada lembaga filantropi. Maaf saya potong Pak Lambang. Lembaga mana itu pak ? Lembaga Amil Zakat Nasional Mas, jawabnya. Apa itu pak? Lazismu, saya sudah mengontak dengan beberapa personil amilnya.
Hari ini saya buka layanan ini. Jika Lazismu tertarik, besar kemungkinan Lazismu daerah akan ikut memanfaatkan layanan ini. Karena Truk ini melewati jalur pantura, katanya. Jika Truk pertama saya masih belum banyak barangnya untuk bantuan korban bencana, titik-titik kantor Lazismu yang saya lewati bisa mengisinya sampai berat yang diinginkan, paparnya.
Berapa ton Pak beratnya? Untuk truk ukuran besar (Fuso), bobotnya yang diisi bisa mencapai 12 – 15 ton. Jika antusias warga untuk membantu para korban berjalan lancar, mudah-mudahan niat untuk membantu sesama dapat terwujud, harapnya.
Waktu menunjukkan Pukul 11.15 WIB. Panjang lebar Pak Lambang bercerita pengalaman uniknya ini sebagai pengusaha yang pantang menyerah. Keinginan kuatnya untuk terus berbagi merupakan panggilan hati. Pak Lambang juga bergiat membantu anak-anak yang tidak mampu. Salah satunya di Bukit Duri, membuka kursus bahasa Inggris untuk warga yang duafa. (na)