January 19, 2021

Pedagogi Kritis sebagai Vaksin Merdeka Belajar


Merdeka Belajar masih dijadikan tema penting Kemendikbud di tahun 2021. Dalam siaran persnya, selain perhatian Kemendikbud terhadap guru dan peserta didik di tengah bencana pandemi, program digitalisasi sekolah dan pembelajaran online akan terus diprioritaskan dengan sarana penunjang baik model bahan ajar dan model media pendidikan digitalnya. Tak hanya itu, peserta didik bertalenta, berprestasi akan mendapat pembinaan khusus sebagai wujud penguatan pendidikan karakter.

Selain pendidikan vokasi dan peningkatan kualitas kurikulum, yang menarik dicermati adalah tentang kampus merdeka dan merdeka belajar. Dalam praktiknya di masa pandemi ini, kurang lebih Kemendikbud telah berusaha memberikan yang terbaik bagi mahasiswa dan perguruan tinggi secara kelembagaan. Kemudahan dan keringanan yang diberikan setidaknya dapat menjadi bagian dari solusi pendidikan dan proses pencarian makna pedagogi kritis.

Dalam perjalanannya perguruan tinggi sejauh ini masih menjadi tempat yang tepat bagi insan akademik untuk melakukan proses reproduksi sosial. Paling tidak, merdeka belajar di tengah pandemi dapat memberikan efek yang manjur bagaimana pendidikan dalam maknanya yang luas ikut memberikan kekebalan tubuh dan pikiran kepada masyarakat yang dirundung keraguan.

Sebagai contohnya adalah para akademisi dari berbagai macam latar belakang keilmuan memberikan informasi bahwa vaksin merupakan kebutuhan mendesak untuk melawan Covid-19. Secara sains dan agama para akademisi telah menggambarkan nilai pentingnya sehingga masyarakat tidak ragu atas pelaksanaan vaksinasi yang akan dilakukan pemerintah secara bertahap ini.

Pedagogi kritis terhadap informasi vaksin yang benar dan tidak mengandung hoax adalah langkah nyata untuk memastikan bahwa masyarakat tahu dan persepsinya terhadap manfaat vaksin mampu menguatkan keyakinannya setelah selama ini berjibaku bertahan dari virus mematikan itu dengan mentaati protokol kesehatan secara disiplin.

Diketahui bahwa penyebaran virus corona memasuki tahun 2021 ini masih terus meluas jangkauannya. Sebagai bencana global, ihwal dampak dan sebab-akibatnya masih terus ditelusuri. Yang tak kalah penting, bagaimana merespons laju penularannya ketika bencana alam juga melanda Indonesia. Ini tugas berat bagi pelaku sukarelawan di bidang kemanusiaan, karena itu merdeka belajar yang ada di berbagai kampus merdeka sangat dinanti perannya untuk memberikan sumbangsih di tengah bencana yang tak kunjung selesai.

Para pelaku merdeka belajar juga perlu mewarnai bagaimana meyakinkan masyarakat agar tetap waspada terhadap informasi yang bertebaran dengan nilai kebenaran yang jauh dari bisa dipertanggungjawabkan. Bukankah informasi-informasi yang tak bertanggung jawab ini juga bagian dari virus yang harus diperangi dan dilawan?

Meminjam teori pedagogi kritis Henry Giroux (2020) dalam Race, Politics and Pandemics Pedagogy (google book editions) bahwa pandemi yang dialami umat manusia seluruh dunia ini bukan sebatas krisis kesehatan. Wabah yang kian menggurita ini merupakan krisis medis, yang dalam bentuk lainnya juga bermakna krisis agama, politik, etika, pendidikan, dan demokrasi.

Merdeka belajar sebagai bagian dari pedagogi kritis dan reproduksi sosial adalah sarana yang memadai untuk menciptakan narasi yang kuat dan narasi yang populis untuk melawan ketidakadilan dalam masyarakat yang disebabkan oleh benturan-benturan sosial-politik yang selama ini terus diproduksi baik secara massal dan online.

Kekebalan Sosial

Untuk membebaskan masyarakat dari pandemi medis dan pandemi krisis sosial, diperlukan suara hati agar suara-suara kebencian dan suara-suara tak bertanggung jawab lainnya dapat tersingkirkan dari arena kehidupan yang bermartabat. Peran pemerintah juga menjadi amat penting untuk menjaga stabilitas kehidupan sosial dari setiap benturan sosial yang jika dibiarkan dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan menjadi asupan informasi tak bergizi (clash of ignorance).

Dengan saling menjaga dan menghormati perbedaan pada dasarnya masyarakat telah ikut berpartisipasi melatih pikiran dan sikap kritis layaknya sebuah vaksin yang melatih tubuh untuk menjaga kekebalan. Kekebalan sosial tak akan terwujud jika pedagogi kritis tak menemukan ruang untuk melakukan reproduksi sosial yang mampu melibatkan semua aktor dan lapisan masyarakat.

Untuk mewujudkan kekebalan bersama, dibutuhkan sikap lapang dada dan memberikan kesempatan kepada mereka yang tengah berjuang melawan pandemi menyusun strategi memutus mata rantai virus. Jika hal tersebut terlaksana, peran sains dan keilmuan lainnya akan turut memberikan kekebalan terhadap alasan dan argumentasi yang menyertainya sehingga masyarakat mendapat informasi yang baik dan benar.

Kebijakan pemerintah untuk memilih vaksin yang tepat sesuai dengan sasaran yang ada di Indonesia merupakan suatu putusan dilematis yang dikeluarkan melalui kebijakannya. Belum lagi menyangkut kehalalannya yang sudah diterbitkan oleh Majelis Ulama Indonesia sebagai bukti bahwa secara agama tak perlu lagi meragukan. Dan melalui lembaga itu, masyarakat diminta agar tak lagi mempertanyakan kehalalan vaksin corona, karena vaksin itu suci dan memenuhi syarat setelah diaudit.

Hikmah dari merdeka belajar di tengah pandemi pada prinsipnya adalah seruan untuk para insan pendidikan untuk menjadikan pedagogi kritis sebagai pusat pembelajaran politik bagi masyarakat. Mengembangkan wacana kritis yang sehat adalah bagian bagaimana reproduksi sosial ditransformasikan ke dalam suatu kehidupan di mana manusia membutuhkan visi ketuhanan agar setiap agen perubahan dapat merangkul setiap perbedaan di saat nihilisme juga menjangkiti sebagian masyarakat.

Individualisme fanatik pada cara pandang dan ideologi tertentu sesungguhnya juga bagian dari masyarakat yang membutuhkan komunikasi dan ruang sosial yang pada kondisi tertentu berbeda jalan dalam memandang nilai-nilai demokrasi. Pada gilirannya setiap dari individu juga sedang melaksanakan prinsip-prinsip nilai merdeka belajar kendati dengan persepsi yang berbeda. Namun dalam suatu kondisi yang partikular mereka masih menyadari bahwa pandemi ini ternyata masih ada di tengah teori konspirasi yang tak pasti.

Nazhori Author, Dosen LPP AIK Universitas Prof. Dr. Hamka Jakarta

Sumber : Detik.com

0 comments:

Post a Comment

Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?