Laju
perkembangan pendidikan Islam di Indonesia dalam berbagai bentuk telah
berlangsung lama dari pra kemerdekaan sampai sekarang. Dalam
aspek penataan secara kelembagaan keberadaannya terus melakukan
inovasi dan transformasi yang sesuai standar kurikulum nasional. Hal ini bisa
dilihat dari tumbuh suburnya lembaga pendidikan seperti madrasah dan pesantren yang
dikemas secara modern. Semangat dan spirit islam menjadi keunggulan tersendiri
bagi madrasah dan pesantren di saat lembaga pendidikan (umum) berbenah diri.
Salah satu
faktor dari inovasi tersebut adalah adanya tantangan di lingkungan umat Islam
sehingga ikhtiar untuk bertahan serta bertranformasi adalah jawabannya.
Menariknya, transformasi itu diikuti dengan terobosan baru untuk
menggiring kembali ilmu-ilmu agama yang terkesan terpinggirkan menjadi pusat
kajian yang menyita banyak perhatian kalangan. Hal ini sudah dimulai di
perguruan tinggi Islam yang pada dasarnya menjadi salah satu pilihan peserta
didik pasca selesai dari Madrasah Aliyah dan SMA.
Fakta lain
adalah menggeloranya pesta olimpiade sains dari tingkat nasional, regional dan
internasional. Kendati lembaga pendidikan Islam seperti madrasah atau pesantren
belum dapat mengikuti seperti sekolah umum yang menjadi mayoritas, namun,
medium lain masih dapat disajikan dengan lebih khusus seperti Islamic Science
Festival dan Olimpiade Sains, Seni Pesantren.
Laporan dari
Islamic Science Festival dapat dijadikan cermin bahwa secara statistik
keikutsertaan sekolah Islam dalam kompetisi sains masih minim. Boleh jadi hal
itu disebabkan minimnya pengembangan sains di sekolah madrasah Islam atau
pesantren. Tidak terkecuali dengan keterbatasan infrastruktur dan tenaga pengajar
yang melek sains. Belum lagi metode yang disajikan masih terbatas klasikal, padahal
sains harus diperlakukan dengan cara yang komunikatif, aplikatif dan fun learning.
Jika madrasah
dan pesantren masih ingin terus tetap bertahan memang inovasi merupakan pilihan
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dalam situasi yang serba tanggung saat ini,
kemantapan akan memberikan jalan lain bagi pesantren untuk mengambil keputusan
dilingkungannya. Seperti diketahui, untuk urusan inovasi pendidikan, maka bisa
dibayangkan pengambilan keputusan bukanlah suatu yang mudah. Karena ia akan
berbicara banyak aspek yang saling memengaruhi.
Alhamdulillah,
di Muhammadiyah hembusan angin sains masih terasa semilirnya. Dari Sragen
hembusannya sampai ke beberapa wilayah di Indonesia. SMA Pesantren Darul Ihsan
mungkin dapat dijadikan wujud nyata bahwa keberadaanya tidak dapat dipisahkan
dari paradoks pendidikan di Indonesia yang memang perlu dicari jalan alternatif
dalam mencari solusi model pembelajaran sains yang menyenangkan dalam gagasan
pesantren sains (Trensains)
Trensains dalam
lensa pandang yang lain bukan sekadar cara pandang, namun ia telah menjelma
menjadi sebuah bagian dari ikhtiar filantropi pendidikan di lingkungan
Muhammadiyah itu sendiri. Karena itu, program Trensains berangkat dari dasar
pemikiran bahwa pesantren sains merupakan
persenyawaan dari pesantren dan sekolah umum bidang sains.
Ia tidak seperti pesantren modern yang sering kita
jumpai. Trensains dengan faktor pembeda mencoba mengambil kekhususan pada
pemahaman al-Qur’an dan al-Hadist, yang selanjutnya mampu berinteraksi dengan sains
kealaman (natural science). Interaksi
antara agama dan sains merupakan materi khas dan tidak ada dalam pesantren
modern.
Sedangkan
visinya, ingin melahirkan generasi yang memegang teguh al-Qur'an dan
as-Sunnah, mencintai dan mengembangkan sains, serta memiliki kedalaman
filosofis dan keluhuran akhlak. Sementara misi yang dicurahkan adalah menyelenggarakan
proses pendidikan yang menanamkan pemahaman dan kecintaan pada al-Qur'an dan
as-Sunnah, menyediakan lingkungan bagi berkembangnya sikap ilmiah, berfikir logis
filosofis dan tanggap serta menyelami realitas alam baik alam materi maupun imateri dengan
berbagai fenomenanya. Kemudian Trensains dengan misinya ingin mengantar santri
menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam bidang kealaman.
Kendati ada
empat syarat yang menyertainya bagi para santri seperti kemampuan bahasa Arab dan Inggris, serta
kemampuan nalar matematik dan filsafat yang memadai, karena sebagian
besar pembelajarannya diusahakan menggunakan bahasa Arab-Inggris, selain menu
utama sehari-hari menuntut para santri untuk berpikir secara kritis dan
mendalam. Maka untuk
melengkapinya Trensains memberikan sebuah kurikulum yang berpijak dari profil lulusan yang dicanangkan. Adapun kurikulum yang disandarkan
adalah perpaduan (unifikasi) yang mengelaborasi tiga unsur:
agama, sains dan skill. Dalam penerapannya, semua materi terintegrasi dalam
aktifitas pembelajaran.
Untuk
memantapkan program itu, dalam menerapkan kurikulum terintegrasi ini, tak cukup menghadirkan kerja keras di lapangan, akan tetapi juga kesepahaman visi, kesatuan hati
dan loyalitas para ustadz-ustadzah
(guru) SMA Trensains. Para guru inti, kepala sekolah dan wakilnya tinggal di asrama pondok sehingga para
santri mendapat bimbingan dan pengasuhan langsung selama 24 jam. Saat ini ada
10 pembina yang tinggal di asrama, yang empat diantaranya merupakan lulusan
Timur Tengah.
Secara umum, program pesantren sains adalah hasil
sinergi LAZISMU dan SMA Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen yang dalam hal ini tidak dapat dipisahkan dari sosok Agus Purwanto. Gagasannya telah memantik api sains di saat derajat panasnya mampu diukur dalam termometer yang bernama pondok
pesantren Darul Ihsan. Impian besarnya adalah ingin menjadikan Trensains
sebagai lembaga pendidikan pertama di indonesia yang menjadi cikal bakal lahirnya
gagasan Trensains secara kelembagaan. Oleh karena itu, gerak dan kecepatan
suara yang dihasilkan akan menjadi dinamika baru pengetahuan di Indonesia.
Melalui
Trensains kita berharap muncul generasi sains. Semua ilmu dalam konteksnya bisa
dikatakan sains, namun tidak semua ilmuwan dapat dikatakan saintis. Kerinduan
akan sosok besar seperti Ibnu Sina, al-Kindi, al-Farabi dan lainnya yang
mewakili ilmuan besar Islam di abadnya dapat memberikan spirit bahwa ilmu yang
sudah terbangun saat ini tidak hadir dengan proses yang singkat. Ia hadir
dengan ujian dan komentar yang dikeluarkan oleh ahli lainnya yang mumpuni. Semua
itu terlahir dari rahim intelektual dan peradaban kaum muslimin yang harus
kita bangkitkan kembali.
0 Komentar
Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?