Jangan pernah remehkan kekuatan gempa meski dalam goncangan yang relatif kecil. Apalagi ketingian air yang masih dalam siaga tiga atau empat. Lambat laun goncangan dan ketinggian air dapat menghancurkan dan menyapu segala macam benda yang ada di atas tanah.
Belum
lama ini, Jakarta, Manado, Pati, Kudus dan wilayah lainnya yang berada dalam
kondisi banjir telah memberikan dampak kerugian yang sangat besar. Semua
aktivitas masyarkat lumpuh sarana umum mengalami kerusakan sampai dengan
terhambatnya pasokan logistik yang membawa kebutuhan makanan sehari-hari akibat
jalur moda transportasi rusak tergenang air baniir.
Begitu
juga dengan gempa yang terjadi belakangan ini di Kebumen yang dampaknya sampai
ke Yogyarta, Klaten, Banyumas dan sekitarnya. Ketakutan dan kerisauan telah
menyelimuti warga yang merasakan getaran kuat saat gempa berkekuatan 6,5 SR
menggoyang rumah-rumah mereka.
Saat itu Sabtu, 25/01/2014, LAZISMU dan Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) PP Muhammadiyah yang termanifestasi dalam MDMC Indonesia melaju ke Desa Sumber,, Kecamatan Dukun Magelang Jawa tengah untuk meluncurkan SekolahMu Aman di MI Muhammadiyah. Selama dalam perjalanan tidak ada sedikitpun getaran kuat yang kami rasakan di dalam kendaraan.
Saat itu Sabtu, 25/01/2014, LAZISMU dan Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) PP Muhammadiyah yang termanifestasi dalam MDMC Indonesia melaju ke Desa Sumber,, Kecamatan Dukun Magelang Jawa tengah untuk meluncurkan SekolahMu Aman di MI Muhammadiyah. Selama dalam perjalanan tidak ada sedikitpun getaran kuat yang kami rasakan di dalam kendaraan.
Siang
itu, acara berlangsung lancar dan ramai dihadiri oleh warga dan simpatisan
Muhammadiyah Desa Sumber yang peduli akan keberadaan sekolah MI yang rusak
akibat dampak dari aktivitas Gunung Merapi. Tiba-tiba rekan kami, Adi Rosadi,
yang mengaktifkan jejaring sosial media mendapatkan info Yogyakarta dan Klaten
di landa gempa bumi. Menurut info dari BMKG pusat gempa berada di Kebumen,
tegasnya mengabarkan kepada rekan-rekan yang ikut hadir dalam peluncuran
SekolahMU Aman.
Tak
dinyana,bencana datang silih berganti di negeri ini. Teknologi hebat sekalipun
yang bertugas merekayasa iklim atau struktur bangunan diatas tanah tidak mampu
mencegah kekuatan alam yang nyaris meluluhlantakkan manusia. Siapa pun tahu, secanggih
apa pun teknologi diciptakan, dahsyatnya alam tidak dapat dibandingkan dengan
dahsyatnya teknologi.
Inilah
bencana demi bencana yang ditanggung umat manusia. Bencana itu terjadi dari
kepulauan yang satu ke kepulauan yang lain, dari satu wilayah ke wilayah
lainnya, dari desa sampai kota. Seiring dengan itu, warga selalu tidak siap
menghadapi bencana datang. Mereka baru mengenal bencana itu terjadi dalam taraf
kerusakan yang telah menimpa harta benda mereka dan lingkungan sekitarnya.
Menurut
H. Budi Setiawan, ST dari LPB PP Muhammadiyah, diketahui sebagian masyarakat
tidak siap menghadapi bencana. Secara utuh kita semua meyakini bahwa bencana
adalah realitas yang tidak terbantahkan. Namun, bukan berarti kita tidak siap
menghadapi bencana, justru dengan bencana yang pernah terjadi dan terulang
kembali itulah setidaknya kita siap dan siaga jika bencana datang.
Demikian
pentingnya pendidikan bencana. Melalui sistem peringatan dini sebetulnya
masyarakat sudah harus siap menghadapi bencana, tutur Budi dalam sambutannya di
sela acara sekolah siaga bencana. Masyarakat yang sadar dan tahu bencana
idealnya dia akan pergi mengungsi menyelamatkan diri jika ada pemberitahuan
datang. Justeru sangat terlambat jika baru mengungsi setelah bencana terjadi.
Budi
mencontohkan, dalam kondisi ini kita semua perlu peran penting dari suatu
komunitas siaga bencana. Dibeberapa tempat, komunitas siaga bencana ini dapat
mengedukasi masyarakat tentang risiko bencana. Sebetulnya ini pernah digagas
oleh MDMC Indonesia terkait buku jama’ah tangguh bencana.
Dalam
pengertian ini, disebutkan dalam buku tersebut bahwa bencana dipahami sebagai
mata rantai dari berbagai kemungkinan yang akan mengganggu kesejahteraan sosial
masyarakat. Sebab bencana yang merusak akan melumpuhkan akses masyarakat di bidang ekonomi, sosial, pendidikan dan
aktivitas lainnya. Apalagi masyarakat yang hidup dalam suatu komunitas tertentu
dan hidup di wilayah rawan atau rentan bencana atau pernah mengalami bencana
tidak menutup kemungkinan peristiwa berikutnya akan terulang.
Kecakapan
masyarakat dalam mengatasi bencana melalui sumber daya yang tersedia di suatu
tempat dikenal dengan pengelolaan risiko bencana berbasis komunitas. Konsep ini
mendeskripsikan sebuah metode atau paradigma yang mengajak komunitas akar
rumput untuk memaknai bencana secara mandiri atas kemungkinan risiko dan bahaya
yang dihadapi.
Edukasi
risiko bencana berbasis komunitas tersebut merujuk pada tiga lapisan utama dalam
pendekatannya. Pertama, mengubah
respon darurat ke manajemen risiko; yang secara esensial mencangkup segala
kegiatan untuk mengurangi dampak bencana alam dan bahkan menghindarinya. Kedua, melindungi rakyat dari akibat
yang ditimbulkan oleh bencana sebagai kewajiban pemerintah dalam memberikan
perlindungan Hak Asasi Manusia yang secara esensial merupakan wujud tugas dan
kewajiban pemerintah dimana bentuk-bentuk respon terhadap bencana bukan sekedar
memobilisasi ‘kemurahatian’ (charity)
– melainkan bagian terintegrasi dalam perlindungan harkat hidup kemanusiaan
bagi setiap warga negaranya.
Dan,
terakhir, menanggulangi dampak
bencana sebagai tanggung-jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat;
yang secara esensial mengajak masyarakat bertanggung-jawab atas penanggulangan
bencana melalui kegiatan berbasis pada inisiatif warga masyarakat seperti
praktek tanggung-jawab sosial dari korporasi (CSR- Corporate Social Responsibility), serta penguatan strategi berbasis
pengetahuan lokal dan penggunaan tradisi masyarakat yang mendukung upaya
sentral dalam menanggulangi dampak bencana.
Sementara
itu, di tingkat organisasi Muhammadiyah sendiri antara kesadaran dan komunitas
bencana masih belum tersosialisasi secara intens di antara kader-kader
Muhammadiyah. Pedagogi tanggap bencana menjadi sangat penting untuk dituangkan
dalam setiap pengkaderan. Meski sudah menjadi bagian dari agenda LPB
Muhammadiyah, maka melalui MDMC konsep dan materi mengenai respon bencana sudah
terbukukan dalam buku yang berjudul Jama’ah Tanggap Bencana. Ini sangat penting
untuk daerah-daerah yang rawan akan potensi bencananya.
Oleh
karena itu, LAZISMU dan MDMC Indonesia melalui gerakan Indonesia Siaga mengajak
seluruh elemen masyarakat untuk selalu siapsiaga dalam menghadapi bencana yang
nantinya dapat menjadi suatu gerakan sosial sehingga potensi bencana yang sering
terjadi di Indonesia dapat diminimalisir segala risikonya.
0 Komentar
Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?