Observasi
itu pecah. Para mahasiswa KKN Mandiri Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
rupanya terpesona pada Nusantara, terutama untuk kawasan Kota Minyak julukan untuk Kota Sorong. Ketika baru menginjakkan
kaki di sana, ternyata lokasi yang dituju masih 47 menit untuk sampai di
Kampung Warmon, Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong, Papua Barat.
Mendapat
kesempatan untuk datang ke kawasan terluar, terpencil dan terdalam seperti ini
adalah mimpi yang tak terbayangkan sebelumnya. Saat itu, pukul 14.00 waktu
setempat, medio 8 Agustus 2016. Sukma Patriadjati bersama 19 rekan-rekannya
melakukan observasi dan pemetaan dengan foto udara.
Mereka
yang tergabung dalam Tim Mahardika Bakti Nusantara, menerbangkan kapal tanpa
awak (drone) dengan lensa dari udara
diharapkan memperoleh titik kumpul strategis bagi warga nantinya. Titik simpul
itu penting karena warga kampung Warmon akan berkumpul bersama para mahasiswa.
Para
mahasiswa lalu menyambangi, kediaman Bapak Kepala RT 01 Kampung Warmon untuk
audiensi. Setelah audiensi, diperoleh informasi bahwa mata pencaharian
masyarakat sebagai kuli bangunan di kota-kota besar. Sebagian pemuda mengambil kangkung liar
kemudian dijual kembali oleh orang tua mereka.
Di
samping itu, masih ada sebagian warga yang bekerja serabutan dan menganggur. Menurut
para mahasiswa landasan ekonomi di kampung ini masih tradisional. Hanya saja
lahan pertanian masih terbuka, persoalannya warga masih fakir dalam bercocok
tanam yang benar.
Sukma
Patriadjati, selaku Ketua Tim, menceritakan, langkah awal yang dilakukan tim,
pendampingan terhadap petani tentang bercocok tanam. Dari pendampingan itu,
bersama warga para mahasiswa membuat bedengan, lalu dilanjut dengan pengolahan
lahan yang siap untuk penanaman bibit sayur-mayur dan tanaman palawija.
Tantangan
terberat selama beberapa hari di lokasi KKN, masyarakat lumayan sulit untuk
diajak berpartisipasi dalam kegiatan ini. Rasa malas, tak berminat mewarnai
alasan warga yang kurang antusias dalam pelaksanaan program ini. “Hal ini
mejadi tantangan bagi tim untuk menumbuhkan semangat berdikari pada segenap
masyarakat Kokoda di kampung ini,” kata Sukma.
Seiring
berjalannya waktu, para mahasiswa secara perlahan mampu meluluhkan warga. Mulai
dari 7 orang, sekian orang sampai akhirnya datang beramai-ramai ikut bekerja
bakti membuat tempat pertemuan para petani berukuran 15 x 10 m2, pada
lahan kosong di depan kampung Warmon. Beruntung para mahasiswa bertemu dengan
dokter Anna, alumni UMY, yang berdomisili di Sorong. Dokter Anna merupakan salah
satu tenaga medis di rumah sakit AL Sorong dan RSUD Sorong.
Dari
hasil pertemuannya dengan dokter itu, program kesehatan memantik warga memeriksakan kesehatannya. Pemeriksaan
dilakukan, ditemukan bahwa sebagain warga Kampung Warmon, ada yang menderita TBC,
HIV, Stroke serta penyakit kulit.
Sukma
mengakui, di lokasi KKN ini butuh kesabaran untuk bergaul bersama warga, karena
itu audiensi lintas komunitas penting. Seperti bertemu dengan Kapolres Sorong,
minimal bisa mendapatkan informasi keamanan dan kebiasaan para remaja di
kampung.
Untuk
menarik simpati warga, terutama para remaja, para mahasiswa seperti Aulia,
Lusida, Afif, Syahrullah, Rahman, Intan, Imam, Dian, Riardi, Novita, Riana,
Alfian, Adam, Ramada, Joko, Yudhanto, Iqbal, Akbar dan Angga, menggagas
rangkaian program untuk dua bulan ke depan.
Dengan
melibatkan warga dan para remaja, beberapa kegiatan inti dicetuskan, antara
lain pentas seni, festival kemerdekaan RI, pendampingan literasi bagi anak-anak
Suku Kokoda, membuat kelompok bermain TPA, pendampingan kesehatan untuk
perempuan, pendampingan petani, dan pesta bioskop rakyat digelar secara
bergantian.
Yang
menarik, sore harinya setelah festival lomba 17 Agustusan bersama warga, diadakan
pemutaran film layar tancap bertemakan nasionalisme. Film berjudul Soekarno
begitu menyita perhatian warga. Awalnya, akan datang juga warga kampung
transmigran. Karena akses jalan yang gelap dan sempit, para mahasiswa
memfasilitas warga dengan bersama-sama memasang puluhan obor yang dicat merah
putih, untuk menerangi jalan.
Menurut
Bachtiar Kurniawan, selaku Dosen Pembimbing, Bagi sebagian besar masyarakat Papua dan pendatang, suku
Kokoda distigmakan sebagai suku yang keras, susah diatur, dan stigma lainnya. Entah
darimana asal prasangka itu bermula.
Akibatnya, warga Suku Kokoda sering mendapatkan
perlakukan diskriminatif dan paling mudah menjadi tertuduh jika ada hal-hal
buruk terjadi. Hal ini menyebabkan masyarakat ini semakin terpinggirkan. Untuk
itu, “Tujuan KKN Mandiri di sini yang mendapat dukungan penuh dari Lazismu dan
Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah, adalah peningkatan
kesejahteraan warga,” jelasnya.
Warga kampung Warmon, diharapkan dengan pendampingan
dan pemberdayaan secara inklusif dan
semangat gotong-royong, memeroleh manfaat dari target program berupa peningkatan
pengetahuan tentang kesehatan lingkungan dan badan, ibu-ibu mengetahui manfaat
pentingnya vaksin untuk bayi, dan Masyarakat mampu mengenali sejumlah tanaman
obat tertentu untuk dimanfaatkan. Sehingga terbentuk masyarakat yang peduli dengan
perilaku hidup bersih dan sehat.
0 Komentar
Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?