August 14, 2017

Menepi ke Kampung Karangmulia untuk Berternak Domba




Jalan bebatuan itu lebarnya tak lebih dari 1,5 meter. Jalan di kampung Karangmulia, Desa Selawangi ini hanya bisa dilalui satu mobil. Keadaan di sekitarnya masih sunyi. Jarak rumah dengan yang lainnya tidak terlalu rapat karena setiap rumah warga memiliki tanah yang cukup lebar.

Untuk menuju kampung yang berada di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor ini melewati jalan raya Jonggol Kota yang tembus ke arah Cianjur. Kurang lebih jarak tempuhnya 1,5 jam dari Taman Buah Mekarsari. Desa Selawangi masih hijau, pohon buah-buahan seperti bacang, rambutan, nangka banyak ditemui selama perjalanan.



Kendati dekat dengan lembah pengunungan, di musim kemarau ini kampong Karangmulia terasa panas. Gunung Batu dan lebatnya pepohonan tak memberikan pengaruh udara menjadi sejuk. Namun jika malam hari udara terasa dingin hingga menusuk tulang.

Di kampung ini pula, pada Sabtu, 12 Agustus 2017, Lazismu tiba di suatu kawasan tempat budi daya ternak domba. Sebuah lahan peternakan yang luasnya 1,5 hektar milik Bagas Farm yang tak lain adalah mitra Lazismu dalam pemberdayaan peternak kambing dan domba.

Menurut Indra Wijaya dari Bagas Farm, lokasi ternak ini sudah berjalan selama 4 tahun. Lokasi yang jauh dari kota dipilih karena persoalan sumber pakan untuk domba yang masih ada. “Rumput segar mudah didapat sehingga perawatannya tidak terlalu sulit,” katanya.

Dari pagi hari petugas pencari rumput leluasa ngarit untuk mendapatkan puluhan karung rumput. “Mereka akan kembali pukul 10.00 wib dengan rumput segarnya,” tambah Indra. Indra bercerita perlu pengawasan rutin agar kesehatan domba terjaga. Saat pertama kali, ada ratusan domba yang mati. Itu tidak membuat kami jera untuk terus budi daya domba, cerita Indra.

Karena itu, ada 7 karyawan yang mengawasi dan merawat hampir 2000 domba di kandang ini. Dulu masih satu kandang seluas lapangan futsal kata Indra. Pengalaman berternak mengasah kami untuk terus ingin berkembang. “Tiga kandang baru kami buat kembali karena jumlah domba yang terus bertambah,” paparnya.

Untuk pembibitan kami pisahkan tersendiri dengan kandang khusus. Di kandang itu domba betina yang siap melahirkan dipantau kesehatannya. Meski siang terasa panas, tiga pohon yang rindang memayungi lokasi ternak tersebut dan udara tidak terasa panas.

Maman Abudrahman (27) yang sudah hampir setahun merawat kambing ini mengaku senang ketika melihat domba-domba mengembik saling bersahutan saat waktu makan tiba. Bersama 5 orang rekannya, Maman sehari-hari berada di kandang ini.   

Mulai dari mengarit, mencacah rumput hingga mencampur rumput yang telah dicacah dengan konsentrat yang siap di masukan dalam setiap drum biru berwarna plastik sebagai tempat menyimpan makanan. Rumput yang digiling dicacah dan dipisahkan untuk campuran konsentrat agar kaya gizi bagi domba.

Konsentrat sebagai campuran karena berbahan dasar ampas bungkil, jagung, kulit kacang, kulit kopi, kulit sawit, kulit kedelai dan ampas tumbuhan berserat lainnya.

Maman mengatakan, semua domba diberi makan 2 kali dalam sehari. “Di pagi hari diberikan saat pukul 06. 30 wib, dan sore harinya diberikan kembali saat pukul 15.30 wib,” katanya. Di sini juga ada domba Australia dan domba Garut untuk dikembang-biakan, pungkasnya. 






Setiap kandang terdiri dari bagian-bagian berbentuk kotak-kotak yang diisi domba 5 ekor, 6 ekor dan 7 ekor tergantung besar kecilnya. Setiap bagian-bagian itu dilengkapi wadah untuk rumput dan konsentrat untuk mempermudah domba mengeluarkan kepala saat makan.    

Maman beryukur bisa bekerja di sini. Sedikit banyak ia memeroleh pengetahuan bagimana merawat domba yang baik, tuturnya. Setiap hari Maman bekerja dari pagi hari dan selesai setelah memberikan makan domba setelah waktu ashar, ceritanya. Di luar itu, Maman bersama rekan-rekannya bisa bekerja paruh waktu seperti berkebun.

Ingin Berdayakan Peternak di Desa

Sayang di lokasi itu kami tidak bertemu kepala kandang, karena sedang pergi ke Bekasi. Dan kami juga tidak bertemu Pak Herdiyanto pemilik peternakan Bagas Farm ini.

Percakapan kami tidak berhenti di situ. Pak Abdurrahman menemani kami seharian bersama kawan-kawan dari Kumparan.com yang ikut ke lokasi untuk peliputan berita bersama Lazismu.

Sebenarnya, menurut cerita Bang Dur sapaan karib Pak Abdurrahman, ada semacam mimpi besar kami soal peternakan domba ini. Intensitas bertenak dan mengawasi itu sudah pasti. Harapan besarnya adalah bagaimana keberadaan kami di desa Selawangi dapat memberdayakan warga desa.   

Mengapa kami tidak sendirian. Ada beberapa kawan-kawan yang memiliki mimpi yang sama termasuk Lazismu, papar Bang Dur. “Mimpi itu adalah memberdayakan peternak kambing dan domba agar bahagia,” tukasnya.



Nilai pentingnya, kata bang Dur adalah pemberdayaan ekonomi lewat beternak hewan kurban. Karena itu, memerlukan tempat dan kondisi yang pas untuk bertenak, bebernya.

“Yang paling utama adalah kesehatan hewan dan kesediaan pakan ternak,” tambah Bang Dur. Selama ini nasib peternak begitu memperihatinkan. Keuntungan mereka nilai lebihnya telah dimanfaatkan oleh para belantik, katanya.

Maka untuk menyelamatkan para peternak di desa, pelu kerjasama dengan para peternak itu sehingga hasilnya akan dinikmati saat tiba waktunya. Ini pasti butuh proses yang panjang, ungkap Bang Dur. Dengan memerhatikan peran peternak, nilai ekonomi akan tumbuh. Dengan demikian, dapat dirasakan oleh peternak dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, jelasnya.

Perlu kesabaran memang, tahap demi tahap. Apalagi membuka wawasan perternak kambing dan domba di desa bagaimana cara berternak yang benar. Edukasi menjadi penting agar tumbuh kesadaran bertenak yang mumpuni.

Maret lalu, Bagas Farm, lanjut Bang Dur sudah bicara panjang lebar bersama Lazismu. Bahkan kami juga sudah berikrar bekerjasama mengenai sinergi program ternak kurban berupa kambing dan sapi.

Bang Dur bersama Heryando, yang bertandang ke Lazismu, mengatakan, program itu nantinya merujuk pada hak peternak. “Peternak layak mendapatkan hasil yang maksimal dan lebih baik,” kata Bang Dur.

Bila selama satu tahun misalnya, keuntungan itu bisa diperoleh peternak. Maka mereka tidak pernah menikmati hasilnya, setelah para belantik mengambil separuh dari keberhasilannya,” paparnya.

Saat ini, di Bagas Farm sudah ada 12 peternak yang terlibat budi daya kambing dan domba. Semoga di lain waktu akan terus berkembang dan dapat memberdayakan para peternak kambing dan domba. (na)








 



       


      

0 comments:

Post a Comment

Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?