October 28, 2016

Ibu Sri, Seorang Nenek Yang Bertekad Mengasuh 3 Anak Yatim dan Piatu



Rumah kontrakan petak-petak itu berpintu triplek. Hamparan karpet plastik bertambal lakban menutupi lantai kontrakan itu yang berukuran 1 x 2,5 meter. Yang terlihat saat itu ada 3 petak kontrakan. Salah satunya dihuni Sri Anggraeni (55) dan tiga anak laki-laki yang masih usia sekolah.

Hanya beralas karpet plastik mereka merebahkan diri melepas lelah setiap hari. Tidak ada sirkulasi udara apalagi dapur untuk memasak. Kamar mandi persis ada di sebelah kanan kontrakan Ibu Sri. Itupun untuk ramai-ramai mandi dan mencuci pakaian.   

Selasa, 18 Oktober 2016, kami Tim Media Lazismu dan Syahrul Amsari dari Product Development Lazismu, singgah di kediaman Ibu Sri. Letaknya tidak jauh dari kampus Perbanas. Melalui jalan Genteng Ijo, kontrakan ini bisa ditemui di antara kontrakan dan kos-kos-an elit di Kelurahan Karet Kuningan, Jakarta.

Bertahan hidup di Jakarta tidak selalu berjalan mulus. Ujian dan cobaan mewarnai kehidupan Ibu Sri yang sudah 20 tahun tinggal di Jakarta. Sebelum pahit-getir yang dirasakan saat ini, Ibu Sri termasuk keluarga yang kebutuhan hidup sehari-harinya cukup.

Hidup mati seseorang tidak dapat ditolak siapapun. Begitu yang dialami Ibu Sri. Sebelum suaminya meninggal, anak perempuannya meninggalkanya terlebih dahulu. Jaraknya tidak lama, hanya 5 bulan sebelum kepergian suaminya untuk selama-lamanya.

Putri kesayangannya berpulang setelah melahirkan. Karena tidak ada biaya saat itu, untuk biaya pasca persalinan. Sementara itu, seperti dikisahkan Ibu Sri, putrinya memerlukan pertolongan medis, kendati bayi yang dilahirkan selamat, sang Ibu dari bayi harus tutup usia karena kondisi yang lemah.

Kejadiannya itu, sudah lama dan di rumah sakit di Jakarta, cerita Ibu Sri, yang tidak mau menceritakan detail, karena tersimpan kekecewaan kepada rumah sakit yang menangani putrinya. Prahara tidak berhenti sampai di situ, suami dari putrinya meninggal setelah kecelakaan.

Tiga orang kesayangannya pergi meninggalkan Ibu Sri, sekaligus merawat cucunya sebagai tanggung jawab seorang nenek. Ibu Sri memiliki 3 orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki yang bernama Tobi. Tidak lama kemudian, putri yang satunya harus pisah ranjang. Karena suaminya selingkuh. Putrinya pergi ke Sumatera mencari suaminya, saat ini belum kembali.

Sesekali memberi kabar, sekedar menanyakan anaknya yang masih diasuh Ibu Sri yang tak lain nenek dari buah hati putrinya itu. Ibu Sri mengatakan, sekarang saya seorang nenek dan sekaligus sebagai seorang ibu bagi anak kandung laki-lakinya dan 2 orang cucu laki-laki.

Mereka harus tetap bersekolah, jangan sampai putus sekolah. Apapun akan saya lakukan untuk anak dan cucu saya, tandas Ibu Sri. Saya tidak peduli orang memandang saya. Selama itu benar dan saya yakini saya akan terus memelihara ketiganya.

Ibu Sri hanya sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci dan gosok pakaian dengan penghasilan per bulan Rp 700.000. Pakaian milik seorang bule asal Amerika yang bekerja di kedutaan di bilangan Jakarta. Setiap hari setelah menyiapkan sarapan pagi untuk anak dan dua cucunya pergi ke sekolah, ia bekerja di Apartemen tempat Si bule tinggal.

Majikan saya perhatian dan baik. Selama ini dia telah membantu saya. Tapi sekarang sedang pulang kampung ke Amerika, jadi saya belum bekerja lagi sampai majikan saya datang. “Sekarang saya kerja serabutan, apa saja saya kerjakan, asal tidak mencuri” paparnya dengan mata berkaca-kaca.

Tinggal di sebuah kontrakan sesempit itu juga tidak murah, kata Ibu Sri. Sebulan ia harus mengeluarkan isi dompet sebesar Rp 500.000,- dengan fasilitas yang seadanya. Bagi tim media Lazismu, yang melihat langsung, nilai itu sungguh tidak manusiawi untuk sebuah kontrakan yang sangat kecil.

Ya beginilah keadaan saya mas, kata Ibu Sri. “Maaf ya mas, berantakan kontrakannya,” imbuhnya. Kaya kapal pecah, semua menumpuk tidak beraturan. Mau gimana lagi, saya, anak dan cucu tetap menerima semua keadaan ini. Harus kuat, “Kalau telat bayar kontrakan, yang punya kontrakan bisa marah-marah itu makanan setiap bulan yang saya terima,” ceritanya.

Perjumpaan tim media Lazismu dengan Ibu Sri bukan tanpa sebab. Ini adalah hasil data masuk mustahik di Lazismu yang perlu diverifikasi untuk bisa diberikan makna agar data itu tak sia-sia. Ibu Sri termasuk perempuan gigih dan tangguh. Tidak bosan mencari informasi terkait Lazismu.

Kelamin Ganda

Rasa penasaran itu terbayar sudah. Pertemuan dengan Ibu Sri sungguh memberi arti. Apalagi ketika ia mengajukan bantuan ke Lazismu untuk Tobiaz putranya yang menderita kelainan di kelamin. Anak saya begitu pilu, karena setiap hari diejek teman-teman sepermainannya karena memiliki kelamin ganda.

Ia menceritakan, Tobi di alat vitalnya memiliki dua saluran air seni. Itu setelah diperiksa dokter dan diketahui memiliki dua saluran, pada pertengahan 2016. Pasalnya, saat Tobi mau buang air kecil, celananya selalu basah karena keluar dai lubang dibawahnya. Ini ujian berat Ibu Sri yang belum selesai. Setiap hari memikirkan nasib anaknya agar bisa kembali normal saat buang air kecil.

Untuk mengejar impian itu, tentu tidak mudah. Perlu biaya sana-sini. Kendati ada BPJS ia trauma dengan kejadian yang menimpa putrinya saat melahirkan hingga meninggal karena tidak tertolong.

Beruntung, nasib Tobi dapat ditemukan jalan keluarnya. Ibu Sri menceritakan, ada seorang teman yang baik hati menolong putranya. Ibu Sri mendapat pinjaman uang untuk mengoperasi saluran air seni di alatvital anaknya. Yang namanya pinjaman itu adalah hutang.   

“Sampai sekarang saya masih mencicil semampunya. Jika ada uang saya cicil,” katanya. Itupun sebulan dua kali anak saya masih control jahitan setelah dioperasi,” bebernya.

Ibu Sri sebagai janda juga memerhatikan kedua cucunya yang masih duduk di sekolah dasar. Ia berharap kelak ujian yang menimpanya menjadi berkah untuk bertahan hidup dan menjadi hal positif untuk anak dan cucunya.

Kamis, 27 Oktober 2016, kami mendapat kabar jika Ibu Sri sudah pindah dari kontrakannya di bilangan Karet Kuningan. Sontak tim media Lazismu terkejut. Karena dengan apa Ibu Sri mengangkut perabotannya dan pindah ke mana.

Kami pun berhasil menghubunginya, dan membuat janji di Pasar Minggu untuk bertemu. Tujuannya mencari kebenaran berita itu dari Ibu Sri sendiri.

Ibu Sri mengatakan, diusir oleh pemilik kontrakan tanpa alasan yang masuk akal. “Sebelum diusir, seminggu yang lalu nasib naas menimpa dirinya. Uang yang dikumpulkan untuk biaya sekolah anak dan cucunya hilang. Jumlahnya Rp 2.000.000,- itu sangat bernilai buat saya,” ucapnya.

Dengan daun pintu triplek yang dikunci gembok, tentu mudah bagi pencuri untuk membongkar. Namanya kontrakan gubuk mas, lanjut Ibu Sri. “Sepertinya saya dikira menuduh pemilik kontrakan, itu tidak seburuk yang dia pikirkan,” katanya.

Saya hanya pasrah dan ikhlas uang yang hilang itu, semoga diganti Allah, katanya. Cukup sudah saya menelan nasib ini. Masih ada orang baik yang menolong saya. Orang itu membantu saya mencari kontrakan di Bogor, Jawa Barat. Dan membantu membawa semua perabotan saya dari kontrakan ke Bogor. Alhamdulillah, ceritanya dengan air mata berlinang.

Ingin Tetap Sekolah

Setelah pindah ke Bogor, anak dan cucunya ingin tetap bersekolah. Tekad itu didukung Ibu Sri, dengan menyiapkan surat-surat keperluan untuk mendaftarkan anak dan cucunya ke sekolah terdekat di Bogor.

Ibu Sri tetap teguh, ia akan mencari pekerjaan menjadi buruh cuci dan setrika pakaian di Bogor. Jika tidak ada, ia akan mencari di Jakarta. Demi anak dan cucunya agar tetap sekolah.

Ia berharap ada orangtua asuh yang mau membantu kesulitan hidupnya terutama untuk biaya sekolah anak dan cucunya. Kendati demikian, biaya hidup sehari-hari sudah pasti akan menampakkan problem baru bagi Ibu Sri.

Ibu Sri beruntung anak dan cucunya tidak pernanh mengeluh dan menerima semua kenyataan ini, agar tetap menjalani hidup sebagaimana orang pada umumnya. Saya akan selalu kuat katanya dengan mata menerawang. (nazhori author)

Sumber: LAZISMU 


0 comments:

Post a Comment

Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?