October 21, 2016

Berbagi Peduli di Kampung Warmon untuk Suku Kokoda



Observasi itu pecah. Para mahasiswa KKN Mandiri Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) rupanya terpesona pada Nusantara, terutama untuk kawasan Kota Minyak julukan untuk Kota Sorong. Ketika baru menginjakkan kaki di sana, ternyata lokasi yang dituju masih 47 menit untuk sampai di Kampung Warmon, Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong, Papua Barat. 

Mendapat kesempatan untuk datang ke kawasan terluar, terpencil dan terdalam seperti ini adalah mimpi yang tak terbayangkan sebelumnya. Saat itu, pukul 14.00 waktu setempat, medio 8 Agustus 2016. Sukma Patriadjati bersama 19 rekan-rekannya melakukan observasi dan pemetaan dengan foto udara. 

Mereka yang tergabung dalam Tim Mahardika Bakti Nusantara, menerbangkan kapal tanpa awak (drone) dengan lensa dari udara diharapkan memperoleh titik kumpul strategis bagi warga nantinya. Titik simpul itu penting karena warga kampung Warmon akan berkumpul bersama para mahasiswa.

Para mahasiswa lalu menyambangi, kediaman Bapak Kepala RT 01 Kampung Warmon untuk audiensi. Setelah audiensi, diperoleh informasi bahwa mata pencaharian masyarakat sebagai kuli bangunan di kota-kota besar.  Sebagian pemuda mengambil kangkung liar kemudian dijual kembali oleh orang tua mereka. 

Di samping itu, masih ada sebagian warga yang bekerja serabutan dan menganggur. Menurut para mahasiswa landasan ekonomi di kampung ini masih tradisional. Hanya saja lahan pertanian masih terbuka, persoalannya warga masih fakir dalam bercocok tanam yang benar.

Sukma Patriadjati, selaku Ketua Tim, menceritakan, langkah awal yang dilakukan tim, pendampingan terhadap petani tentang bercocok tanam. Dari pendampingan itu, bersama warga para mahasiswa membuat bedengan, lalu dilanjut dengan pengolahan lahan yang siap untuk penanaman bibit sayur-mayur dan tanaman palawija.

Tantangan terberat selama beberapa hari di lokasi KKN, masyarakat lumayan sulit untuk diajak berpartisipasi dalam kegiatan ini. Rasa malas, tak berminat mewarnai alasan warga yang kurang antusias dalam pelaksanaan program ini. “Hal ini mejadi tantangan bagi tim untuk menumbuhkan semangat berdikari pada segenap masyarakat Kokoda di kampung ini,” kata Sukma.

Seiring berjalannya waktu, para mahasiswa secara perlahan mampu meluluhkan warga. Mulai dari 7 orang, sekian orang sampai akhirnya datang beramai-ramai ikut bekerja bakti membuat tempat pertemuan para petani berukuran 15 x 10 m2, pada lahan kosong di depan kampung Warmon. Beruntung para mahasiswa bertemu dengan dokter Anna, alumni UMY, yang berdomisili di Sorong. Dokter Anna merupakan salah satu tenaga medis di rumah sakit AL Sorong dan RSUD Sorong.

Dari hasil pertemuannya dengan dokter itu, program kesehatan memantik warga  memeriksakan kesehatannya. Pemeriksaan dilakukan, ditemukan bahwa sebagain warga Kampung Warmon, ada yang menderita TBC, HIV, Stroke serta penyakit kulit.

Sukma mengakui, di lokasi KKN ini butuh kesabaran untuk bergaul bersama warga, karena itu audiensi lintas komunitas penting. Seperti bertemu dengan Kapolres Sorong, minimal bisa mendapatkan informasi keamanan dan kebiasaan para remaja di kampung.

Untuk menarik simpati warga, terutama para remaja, para mahasiswa seperti Aulia, Lusida, Afif, Syahrullah, Rahman, Intan, Imam, Dian, Riardi, Novita, Riana, Alfian, Adam, Ramada, Joko, Yudhanto, Iqbal, Akbar dan Angga, menggagas rangkaian program untuk dua bulan ke depan. 

Dengan melibatkan warga dan para remaja, beberapa kegiatan inti dicetuskan, antara lain pentas seni, festival kemerdekaan RI, pendampingan literasi bagi anak-anak Suku Kokoda, membuat kelompok bermain TPA, pendampingan kesehatan untuk perempuan, pendampingan petani, dan pesta bioskop rakyat digelar secara bergantian. 

Yang menarik, sore harinya setelah festival lomba 17 Agustusan bersama warga, diadakan pemutaran film layar tancap bertemakan nasionalisme. Film berjudul Soekarno begitu menyita perhatian warga. Awalnya, akan datang juga warga kampung transmigran. Karena akses jalan yang gelap dan sempit, para mahasiswa memfasilitas warga dengan bersama-sama memasang puluhan obor yang dicat merah putih, untuk menerangi jalan. 

Menurut Bachtiar Kurniawan, selaku Dosen Pembimbing, Bagi sebagian besar masyarakat Papua dan pendatang, suku Kokoda distigmakan sebagai suku yang keras, susah diatur, dan stigma lainnya. Entah darimana asal prasangka itu bermula. 

Akibatnya, warga Suku Kokoda sering mendapatkan perlakukan diskriminatif dan paling mudah menjadi tertuduh jika ada hal-hal buruk terjadi. Hal ini menyebabkan masyarakat ini semakin terpinggirkan. Untuk itu, “Tujuan KKN Mandiri di sini yang mendapat dukungan penuh dari Lazismu dan Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah, adalah peningkatan kesejahteraan warga,” jelasnya. 

Warga kampung Warmon, diharapkan dengan pendampingan dan pemberdayaan secara inklusif  dan semangat gotong-royong, memeroleh manfaat dari target program berupa peningkatan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan dan badan, ibu-ibu mengetahui manfaat pentingnya vaksin untuk bayi, dan  Masyarakat mampu mengenali sejumlah tanaman obat tertentu untuk dimanfaatkan. Sehingga terbentuk masyarakat yang peduli dengan perilaku hidup bersih dan sehat.    

         

0 comments:

Post a Comment

Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?