May 21, 2015

Synthesavelopment, Inovasi Elastis Smart City



Persoalan mendasar yang dihadapi setiap kota adalah ledakan populasi jumlah penduduk. Belum lagi kompeleksitas persoalan sosial, ekonomi, budaya, politik, keamanan yang membutuhkan sentuhan tata kelola ruang kota yang nyaman. Tanpa tata kelola impian memeroleh lingkungan kota tepat sasaran tidak akan pernah ada.

Seiring dengan perubahan demografis, yang didalamnya ada bonus demografi, ibarat dua sisi mata uang, ada peluang dan tantangan. Peluangnya bagaimana memberdayakan usia produktif dalam pertumbuhan ekonomi kreatif. Sementara, tantangannya mencari solusi kompleksitas persoalan. Tentu saja, hal ini menjadi pekerjaan rumah pemangku kepentingan (stakeholders) yang berkecimpung di panggung tata kelola kota dan pembangunan berkelanjutan dalam balutan smart city.


Laporan penelitian McKinsey Global Institute (MGI) tentang Indonesia di 2030, menarik disimak. Menurutnya, dunia bisnis internasional masih melihat Indonesia pada sisi kekayaan sumber daya alam dan jumlah penduduk yang besar. Dibalik itu, kata MGI, ada peluang emas yaitu memahami perkembangannya sebagai sebuah negara berkembang.  

Berdasarkan laporannya, Indonesia yang berada di urutan 16, sebagai negara yang pertumbuhannya ekonominya besar, ke depan bisa berada pada urutan ke 7, setelah China, AS, India, Brazil, Rusia dan Jepang. Bahkan mampu menyalip Inggris dan Jerman, demikian prediksi penelitian itu.

Dalam beberapa riset, GDP Indonesia di 2030 nanti diproyeksikan menyentuh angka 5 – 6 % per tahun. Secara elastis, menambah jumlah kelas menengah baru di Indonesia sebesar 90 juta jiwa. Melalui angka ini, kelas menengah Indonesia bertambah menjadi 135 juta jiwa, yang pada 2010 berada di angka 40 juta jiwa.

Selanjutnya, situasi ini akan mendongkrak iklim investasi, salah satunya kancah property saat pemerintah menyediakan program 1 juta rumah. Kendati saat ini masih mengalami kelesuan, tak menutup kemungkinan buying signal kelas menengah dapat tumbuh kembali. Faktanya, sejauh pengamatan penulis, dibeberapa titik Jabodetabek ada tanda-tanda pengembangan property dengan konsep (smart city).

Di antara pengembang yang mengaktivasi konsep smart city adalah Synthesis Development. Perusahaan pengembang di Indonesia yang memiliki varian proyek di bidang properti, ritel, apartemen, perumahan, superblok, kantor, dan hotel. Synthesis Development dikenal sebagai "Indonesia Developer Property" yang memiliki manajemen proyek terpadu, konsultan, desain dan pengembangan yang solid.

Pantas jika komitmennya mensintesakan lingkungan dan teknologi informasi berbuah sukses dengan mengenalkan branding segar Synthesis Development pada 2005. Kisah itu merupakan komitmen dan tanggung jawab mendapatkan hasil dengan cara yang benar sejak berdiri dengan nama cikal ProLease yang tidak lain konsultan properti dan manajemen pusat perbelanjaan pada 1992.

Sesuai misinya, tumbuh menjadi pengembang yang terpercaya di Indonesia dengan memberikan nilai tambah yang berorientasi pada konsumen, investor, partner, komunitas, dan seluruh pemangku kepentingan. Sejiwa dengan misinya yang ingin mensintesakan teknologi informasi dan lingkungan untuk menciptakan kualitas hidup yang lebih baik dalam implementasinya.

Syahdan, Synthesis Development terus menciptakan karya terbaik dalam pengembangan properti di Indonesia, terus berusaha menciptakan ruang hidup perkotaan yang nyaman. Padat gagasan memang hingga akhirnya berbagi cerita (success story) mengenai berdirinya, Plaza Semanggi (1999), Casablanca Mansion (2004), The Lavande & De Oaze (2006), Urbana Place (2007), Kalibata City (2008), Hotel Bali Nusa Dua & Convention dan Festival City Link (2010), Bassura City (2012), Synthesis Square (2014).



Perubahan terus berlangsung, Synthesis Development terus memacu inovasi dan kreasi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Menuntaskan ide tidak akan pernah selesai jika tidak diiringi pelayanan terbaik untuk kepuasan seluruh stakeholders. Itu semua tidak berangkat dari rasa manis, tapi rasa pahit sebelumnya yang menyintas ide segar muncul ke permukaan. Seperti kata bijak, jika ingin dimengerti kosongkanlah dahulu isi cangkirmu.

0 comments:

Post a Comment

Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?