November 22, 2016

Kampanye Digital Marketing Lazismu: Ikhtiar Meningkatkan Efektivitas Visual Marketing



Dalam dinamika perubahan sosial dan perubahan teknologi informasi, setiap orang, kelompok atau lembaga tidak akan bisa menghindar dari pola-pola komunikasi lintas batas yang bebas. Sebagai rangkaian sebab-akibat mau tidak mau panggung kompetisi berlangsung dengan ketat.

Untuk menghadapinya, Rhenald Kasali dalam Re-Code Your Change DNA, mengatakan selain strategi dan konsep, ilustrasi perlu diketengahkan sehingga menjadi mudah untuk dipahami. Pasalnya, ada banyak cerita dan kasus di luar sana yang dari segi pengalaman berinteraksi dan pengamatan dengan para pelaku termasuk dunia usaha (individu dan organisasi) dipengaruhi oleh genetika perilaku di mana manusia sebagai pelaku perubahan itu sendiri. 

Hal ini merupakan renungan, refleksi dan cara berpikir tentang keberadaan dan cara berpikir manusia dalam suatu jalinan komunikasi suatu organisasi. Rhenald menambahkan, di dalamnya itu terdapat banyak cita rasa, perasaan serta emosi yang membuncah saat menghadapi suatu perubahan. 

Karena itu, ia meyakinkan kita semua bahwa dalam perjalanannya itu antara lain yang dilakukan manusia adalah menyiapkan berbagai bentuk perlawanan terhadap siapa saja yang melakukan perubahan. Lantas, pertanyaan selanjutnya adalah Apa Masalah Terbesar Anda?      

Dan bagaimana dengan LAZISMU? Disadari bahwa Lazismu sebagai lembaga amil zakat nasional ada dalam perubahan itu sebagaimana yang telah digambarkan di atas. Yang paling nyata menghampiri adalah paparan dunia maya yang setiap saat memaksa untuk bercermin diri dan memastikan apakah wajah visual lembaga filantropi Islam ini memerlukan sentuhan apik agar dapat dilakukan perubahan penampilan (make over). 

Belum lagi perubahan-perubahan perilaku donatur (muzaki) yang dalam setiap pengalamannya dalam menunaikan zakat, infak dan sedekah mengalami pergeseran dari yang konvensional menjadi kekinian. Kebiasaan untuk dapat dilayani melalui jemput zakat kian hari kian berkurang karena setiap aktivitas menunaikan ZIS cukup praktis dan efisien dengan bantuan tunai online.

Sementara paparan komunikasi dan kampanye zakat kian mendapat tantangan selain hadirnya lembaga-lembaga karitas di luar lembaga zakat yang terus masuk menyisir dan menyentuh jiwa para donatur. Artinya, komunikasi parsial perlu segera ditangani karena sudah tidak memungkinkan lagi diwujudkan dengan taktik marketing yang manual. 

Maka solusi yang ditawarkan Lazismu adalah selain memperkuat citra (merek/identitas) yang tidak lain adalah simbol yang diasosiasikan dengan produk atau jasa yang menimbulkan makna secara psikologis. Salah satunya adalah kampanye  digital yang dikombinasikan dengan keseragaman persepsi terhadap citra dan jati diri Lazismu sendiri.

Untuk itu, dalam suatu pelatihan Digital Coaching para amil Lazismu dari Sumatera, Kalimantan, DKI, Jawa Barat dan Banten dengan tema Penyeragaman Strategi Kampanye Marketing Dalam Media Sosial, aspek kreativitas dan eksperimentasi kampanye marketing merupakan keniscayaan. 

Pelatihan yang berlangsung sehari itu (15/11/2016) di Aula Gedung Dakwah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menghadirkan pembicara yaitu Pengamat Brand, Arief Budiman CEO Petakumpet dan Pengamat Komunikasi Marketing Tina Talisa, CEO Imaji Aksi. Keduanya memaparkan tentang peran komunikasi media dari sudut pandang yang berbeda.

Arief Budiman mengatakan, identitas visual Lazismu merupakan suatu sistem yang dari aspek grafis merepresentasikan identitas atau jati diri lazismu. Adapun identitas itu, mencakup logo, warna, tipografi, serta elemen grafis lainnya yang digunakan dalam medium komunikasi. 

Arief menambahkan identitas visual dalam suatu organisasi seperti lembaga zamil zakat nasional dalam hal ini Lazismu merupakan suatu hal yang harus direncanakan. Selain itu “Secara konsisten juga harus dilaksanakan,” katanya. 

Identitas visual juga bukan pembeda semata dengan lembaga lainnya, melainkan untuk membangun kesadaran (awareness) dan citra positif sesuai yang dikehendaki. Hal penting lainnya, “identitas visual akan memberikan semangat dan kebanggaan bagi pemiliknya,” jelas Arief.

Sebagai bagian dari perubahan itu sendiri, identitas visual pada akhirnya memberikan tanda mengenai hal ihwal Lazismu beserta dengan isi dan program besarnya yang diejawantahkan melalui program-program pemberdayaan melalui ZIS, fundraising, dan lainnya.

Kekuatan identitas visual itu juga akan memberi makna (value added) jika dilaksanakan dengan semangat kebersamaan. Arief menandaskan, hal ini bukan sekedar penyebutan nama semata, “yang utama adalah bagaimana membangun suatu persepsi dalam benak masyarakat, khususnya umat Islam,” pungkasnya. 

Diharapkan dengan adanya konsistensi tersebut akan tercipta strategi yang rapi dalam setiap sisi aktivitasnya sehingga muzaki yang sudah ada dan calon-calon muzaki potensial dapat menangkap pesan dan kesan yang menyeluruh. Di samping itu, secara eksperiensial akan memberikan manfaat secara psikologis.

Maka untuk menjaga keseimbangan itu, Arief menyarankan kepada para amil untuk mematuhi segala petunjuk yang berkaitan dengan identitas visual Lazismu. Dalam kondisi itu, persepsi untuk membangun semangat kebersamaan dalam komunikasi visual marketing juga akan membuahkan ujung tombak dalam membina relasi dengan para mitra strategis.         

Kendati demikian, dalam praktiknya ada saja yang membuat para amil menjadi penasaran. Terutama, parameter-parameter apa yang harus dijadikan landasan dalam melakukan komunikasi digital yang bertalian dengan identitas visual tersebut. Tentu saja jawabannya adalah mencari solusi secara kreatif. Dan info grafis visual seperti apa yang dibutuhkan sehingga menarik masyarakat dan umat Islam khususnya.

Untuk menjembatani hal tersebut, Tina Talisa menuturkan, amil segera mungkin harus mengidentifikasi siapa audience sesungguhnya dalam komunikasi digital. Melalui sosial media misalnya facebook dan twitter. “Direntang usia berapakah mereka, apakah laki-laki dan perempuan itu kelas menengah dan di usia muda,” ungkap Tina.     

Selain itu, amil juga perlu memiliki kemampuan untuk menganalisa latar belakang audience tersebut. Tina mengatakan, faktor demografis tentu bisa dijadikan pedoman untuk memetakan sebagai instumen pengidentifikasi. Selain itu, tujuan dan tantangan dalam proses identifikasi itu perlu disiapkan untuk menjawab kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. 

Dalam konteks ini, Tina berpesan kepada para amil, apakah selama ini dalam komunikasi dan kampanye digital ada sesuatu yang luput dari perhatian terkait dengan branding Lazismu. Tina kemudian menawarkan untuk membuat sesuatu yang unik dan menarik melalui komunikasi visual. 

Sebagai contoh, apa kesan yang ingin yang disampaikan kepada masyarakat terkait dengan program-program Lazismu yang divisualkan. Setidaknya sosial media dapat memberikan efek yang maksimal untuk membangun kepercayaan dan kemajuan dalam hal ini Lazismu. 

Dalam kesempatan yang sama, Tina menekankan tentang arti penting visual marketing yang berbobot. Artinya yang dapat menangkap dan mengintegrasikan data dan fakta mengenai kekuatan cerita (story telling) dalam benak setiap orang. visual marketing yang berbobot itu, bagi Tina adalah yang dapat menceritakan dan menyampaikan sesuai dengan pikiran segmen yang dituju dan memenuhi nilai-nilai posiitf yang dituju sehingga dapat membuat setiap orang menjadi lebih dekat dan akrab.  

Maka memilih media yang tepat adalah kunci utama optimalisasi kampanye marketing secara digital. Sehingga, lanjut Tina, jejak sosialnya dalam lini masa dapat ditemui untuk direproduksi dalam suatu jaringan komunikasi dunia maya yang dapat dinikmati setiap audience.

Dengan kesiapan ini, Tina memaparkan amil dapat memastikan komunikasi visual akan menjadi sangat relevan, terukur, spesifik, dan terencana yang pada akhirnya semua itu dapat dirawat dengan konsisten. 

Barulah langkah selanjutnya, melakukan evaluasi dari segala aktivitas kampanye digital marketing tersebut. Pada tingkatan yang lebih dalam, apakah pesan yang sudah disampaikan itu memberikan dampak pada kualitas dan kuantitas kinerja Lazismu sesuai yang diharapkan.    

0 comments:

Post a Comment

Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?