November 3, 2009

Belajar Pendidikan Anti Korupsi Dari Cicak dan Buaya

Oleh: Nazhori Author




Jumlah orang yang tergabung dalam "Gerakan 1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah & Bibit Samad Riyanto" makin meningkat. Kini, gerakan tersebut telah diikuti lebih dari 200 ribu facebooker (detiknews.com, 01/10/2009). Bertambahnya dukungan kepada pimpinan KPK nonaktif Bibit--Chandra, melalui jejaring sosial dunia maya adalah bukti bahwa persoalan korupsi di Indonesia layak dituntaskan tanpa melihat latar belakang aktor-aktornya.

Persoalan korupsi semakin memanas setelah transkip dialog penyelesaian Bank Century beredar luas di masyarakat. Tidak tanggung-tanggung nama RI 1 disebutkan di dalamnya. Situasi ini, membuat Presiden SBY angkat bicara dengan memberi penjelasan menyoal kasus Bibit--Chandra, dan dengan lantang mengatakan barang siapa berani membubarkan KPK maka saya adalah orang pertama yang ada dibarisan depan untuk menentang penutupan KPK.

Sebagaimana diketahui gencarnya pemberitaan di lembaga tersebut menimbulkan beberapa pertanyaan bahkan kabar miring yang mengatakan sedang terjadi upaya pengkerdilan di tubuh KPK. Hal ini begitu mudah menguap setelah mantan ketua KPK, Antasari Azhar terjerat kasus hukum yang secara tidak langsung melemahkan fungsi kontrol lembaga tersebut. Di samping itu, eskalasinya terus membuncah dari hari ke hari setelah muncul jargon cicak lawan buaya. Cukup beralasan jika ICW dalam melihat kasus cicak versus buaya menyarankan dibentuknya tim independen untuk menyelesaikan persoalan yang memelahkan itu.

Wajar jika rasa curiga, prasangka, dan ragam penafsiran terus mengalir lewat berbagai macam pernyataan yang dikeluarkan para facebooker ketika menilai ketegasan pemerintah dalam hal ini pihak yang berwenang dalam upaya menuntaskan perseteruan cicak dan buaya. Apa sebenarnya yang terjadi antara KPK dan Polri.

Padahal bangsa ini baru saja berganti kepemimpinan baru seharusnya komitmen dan ketegasan dalam kinerja membangun bangsa ke depan sudah dipersiapkan, tapi mengapa harus terhenti sementara oleh cicak dan buaya yang sedang berseteru. Jika melihat jauh ke belakang alasan mengapa KPK dibentuk tidak lain adalah ikhtiar untuk memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya. Pembentukannya pun disahkan oleh undang-undang.

Besar danKecil
Cicak adalah binatang bertubuh lunak dengan postur tubuh yang sangat kecil. Sedangkan buaya memiliki postur tubuh besar, berkarakter buas, bertenaga kuat dan menakutkan. Inilah fakta yang ada ketika kita melihat cicak dan buaya di dunia yang nyata. Besar dan kecil akan selalu ada, dan tidak menutup kemungkinan yang besar mengalahkan yang kecil. Seperti lagu Iwan Fals, yang berjudul Besar dan Kecil. Kenyataannya harus ada besar dan kecil.

Demikian Iwan Fals dengan liriknya besar dan kecil. Liriknya yang mempersoalkan ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan kekuasaan semakin representatif didendangkan ketika melihat cicak melawan buaya. Sayangnya, kita tiak tahu siapa nanti yang menang dalam pertarungan itu. Karena hal ini bukan kalah atau menang. Melainkan menyuarakan keadilan yang mudah dipermainkan.

Diketahui, KPK adalah corong lembaga yang dibuat pemerintah untuk membasmi kejahatan korupsi. Apalagi korupsi yang terjadi di Indonesia dilakukan tidak saja oleh orang biasa, tapi kalangan terdidik dan mengerti hukum. Tidak peduli besar dan kecil nilai yang dikorupsi yang pasti dihukum sesuai dengan kebijakan dan hukum yang berlaku.

Oleh karena itu, pantas jika banyak pihak yang memandang perlunya pendidikan anti korupsi. Karena mendidik peserta didik untuk mengenal bahaya dan dampak yang diakibatkan oleh bahaya laten korupsi. Jengkel, tidak sabar, dan angkara yang tertuang melalui dunia maya oleh jejering sosial sekaligus membuktikan bahwa proses pembelajaran pendidikan anti korupsi akan terus berlangsung di negeri ini.

Belajar dari soal cicak dan buaya di atas, bukan perkara besar dan kecil. Lebih dari itu, ini adalah momentum bagi civil society untuk memperkuat barisan dan meneriakkan dengan lantang bahwa koruspi adalah tembakan yang mematikan. Ia akan mematikan generasi muda dan wibawa bangsa ini di masa yang akan datang sebelum berperang melawan globalisasi di medan tempur. Selain itu, belajar dari cicak dan buaya saat ini merupakan sebuah afirmasi yang representatif untuk membumikan pendidikan anti korupsi.

Dalam kacamata pedagogis, korupsi sebagai fakta yang terjadi di tengah masyarakat adalah masalah besar bangsa. Dan diperlukan waktu lama untuk memutus mata rantainya. Itupun diperlukan dukungan yang besar dari semua pihak termasuk pemuka agama. Gambaran cicak dan buaya sudah menjadi pelajaran yang berharga bagi masyarakat terkait dengan korupsi, pelaku dan penentangnya.

Dorongan untuk menegakkan keadilan pada dasarnya memerlukan demokrasi dan civil society. Ini harus dimulai dari gerakan yang sungguh-sungguh yang sudah diperankan oleh cicak dan buaya dalam perkaranya. Lembaga pemerintah yang termanifestasi dalam wujud KPK sebagai lembaga anti korupsi tidak bisa berjalan dengan keterbatasannya yang disebabkan oleh manipulasi politik dan kekuasaan. Maka, tim yang independen untuk memberantas korupsi harus segera direvitalisasi agar tidak terjadi lagi pertikaian seperti antara cicak dan buaya di masa yang akan datang.

0 comments:

Post a Comment

Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?