February 5, 2014

Pentingnya Komunitas Siaga Bencana




Jangan pernah remehkan kekuatan gempa meski dalam goncangan yang relatif kecil. Apalagi ketingian air yang masih dalam siaga tiga atau empat. Lambat laun goncangan dan ketinggian air dapat menghancurkan dan menyapu segala macam benda yang ada di atas tanah.

Belum lama ini, Jakarta, Manado, Pati, Kudus dan wilayah lainnya yang berada dalam kondisi banjir telah memberikan dampak kerugian yang sangat besar. Semua aktivitas masyarkat lumpuh sarana umum mengalami kerusakan sampai dengan terhambatnya pasokan logistik yang membawa kebutuhan makanan sehari-hari akibat jalur moda transportasi rusak tergenang air baniir.

Begitu juga dengan gempa yang terjadi belakangan ini di Kebumen yang dampaknya sampai ke Yogyarta, Klaten, Banyumas dan sekitarnya. Ketakutan dan kerisauan telah menyelimuti warga yang merasakan getaran kuat saat gempa berkekuatan 6,5 SR menggoyang rumah-rumah mereka. 

 Saat itu Sabtu, 25/01/2014, LAZISMU dan Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) PP Muhammadiyah yang termanifestasi dalam MDMC Indonesia melaju ke Desa Sumber,, Kecamatan Dukun Magelang Jawa tengah untuk meluncurkan SekolahMu Aman di MI Muhammadiyah. Selama dalam perjalanan tidak ada sedikitpun getaran kuat yang kami rasakan di dalam kendaraan.

Siang itu, acara berlangsung lancar dan ramai dihadiri oleh warga dan simpatisan Muhammadiyah Desa Sumber yang peduli akan keberadaan sekolah MI yang rusak akibat dampak dari aktivitas Gunung Merapi. Tiba-tiba rekan kami, Adi Rosadi, yang mengaktifkan jejaring sosial media mendapatkan info Yogyakarta dan Klaten di landa gempa bumi. Menurut info dari BMKG pusat gempa berada di Kebumen, tegasnya mengabarkan kepada rekan-rekan yang ikut hadir dalam peluncuran SekolahMU Aman.

Tak dinyana,bencana datang silih berganti di negeri ini. Teknologi hebat sekalipun yang bertugas merekayasa iklim atau struktur bangunan diatas tanah tidak mampu mencegah kekuatan alam yang nyaris meluluhlantakkan manusia. Siapa pun tahu, secanggih apa pun teknologi diciptakan, dahsyatnya alam tidak dapat dibandingkan dengan dahsyatnya teknologi.

Inilah bencana demi bencana yang ditanggung umat manusia. Bencana itu terjadi dari kepulauan yang satu ke kepulauan yang lain, dari satu wilayah ke wilayah lainnya, dari desa sampai kota. Seiring dengan itu, warga selalu tidak siap menghadapi bencana datang. Mereka baru mengenal bencana itu terjadi dalam taraf kerusakan yang telah menimpa harta benda mereka dan lingkungan sekitarnya. 

Menurut H. Budi Setiawan, ST dari LPB PP Muhammadiyah, diketahui sebagian masyarakat tidak siap menghadapi bencana. Secara utuh kita semua meyakini bahwa bencana adalah realitas yang tidak terbantahkan. Namun, bukan berarti kita tidak siap menghadapi bencana, justru dengan bencana yang pernah terjadi dan terulang kembali itulah setidaknya kita siap dan siaga jika bencana datang.

Demikian pentingnya pendidikan bencana. Melalui sistem peringatan dini sebetulnya masyarakat sudah harus siap menghadapi bencana, tutur Budi dalam sambutannya di sela acara sekolah siaga bencana. Masyarakat yang sadar dan tahu bencana idealnya dia akan pergi mengungsi menyelamatkan diri jika ada pemberitahuan datang. Justeru sangat terlambat jika baru mengungsi setelah bencana terjadi.

Budi mencontohkan, dalam kondisi ini kita semua perlu peran penting dari suatu komunitas siaga bencana. Dibeberapa tempat, komunitas siaga bencana ini dapat mengedukasi masyarakat tentang risiko bencana. Sebetulnya ini pernah digagas oleh MDMC Indonesia terkait buku jama’ah tangguh bencana.

Dalam pengertian ini, disebutkan dalam buku tersebut bahwa bencana dipahami sebagai mata rantai dari berbagai kemungkinan yang akan mengganggu kesejahteraan sosial masyarakat. Sebab bencana yang merusak akan melumpuhkan akses masyarakat  di bidang ekonomi, sosial, pendidikan dan aktivitas lainnya. Apalagi masyarakat yang hidup dalam suatu komunitas tertentu dan hidup di wilayah rawan atau rentan bencana atau pernah mengalami bencana tidak menutup kemungkinan peristiwa berikutnya akan terulang.

Kecakapan masyarakat dalam mengatasi bencana melalui sumber daya yang tersedia di suatu tempat dikenal dengan pengelolaan risiko bencana berbasis komunitas. Konsep ini mendeskripsikan sebuah metode atau paradigma yang mengajak komunitas akar rumput untuk memaknai bencana secara mandiri atas kemungkinan risiko dan bahaya yang dihadapi.             

Edukasi risiko bencana berbasis komunitas tersebut merujuk pada tiga lapisan utama dalam pendekatannya. Pertama, mengubah respon darurat ke manajemen risiko; yang secara esensial mencangkup segala kegiatan untuk mengurangi dampak bencana alam dan bahkan menghindarinya. Kedua, melindungi rakyat dari akibat yang ditimbulkan oleh bencana sebagai kewajiban pemerintah dalam memberikan perlindungan Hak Asasi Manusia yang secara esensial merupakan wujud tugas dan kewajiban pemerintah dimana bentuk-bentuk respon terhadap bencana bukan sekedar memobilisasi ‘kemurahatian’ (charity) – melainkan bagian terintegrasi dalam perlindungan harkat hidup kemanusiaan bagi setiap warga negaranya.

Dan, terakhir, menanggulangi dampak bencana sebagai tanggung-jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat; yang secara esensial mengajak masyarakat bertanggung-jawab atas penanggulangan bencana melalui kegiatan berbasis pada inisiatif warga masyarakat seperti praktek tanggung-jawab sosial dari korporasi (CSR- Corporate Social Responsibility), serta penguatan strategi berbasis pengetahuan lokal dan penggunaan tradisi masyarakat yang mendukung upaya sentral dalam menanggulangi dampak bencana.

Sementara itu, di tingkat organisasi Muhammadiyah sendiri antara kesadaran dan komunitas bencana masih belum tersosialisasi secara intens di antara kader-kader Muhammadiyah. Pedagogi tanggap bencana menjadi sangat penting untuk dituangkan dalam setiap pengkaderan. Meski sudah menjadi bagian dari agenda LPB Muhammadiyah, maka melalui MDMC konsep dan materi mengenai respon bencana sudah terbukukan dalam buku yang berjudul Jama’ah Tanggap Bencana. Ini sangat penting untuk daerah-daerah yang rawan akan potensi bencananya.
Oleh karena itu, LAZISMU dan MDMC Indonesia melalui gerakan Indonesia Siaga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk selalu siapsiaga dalam menghadapi bencana yang nantinya dapat menjadi suatu gerakan sosial sehingga potensi bencana yang sering terjadi di Indonesia dapat diminimalisir segala risikonya. 

0 comments:

Post a Comment

Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?