August 16, 2012

LAZISMU dan K2S: Sebuah Misi Kemanusiaan di Pedalaman

Apa yang terjadi dengan pembangunan di berbagai daerah tertinggal di Indonesia? Tampaknya, jawaban yang didapat tidak begitu memuaskan. Pada saat ini, kita masih dapat menyaksikan daerah-daerah terpencil yang jauh dari hingar-bingar keramaian kota situasinya amat mengenaskan. Segala kemudahan yang dinikmati masyarakat kota, tidak mudah dijumpai di daerah pedalaman dan terpencil.


Kalau boleh dikatakan, apa yang dialami warga di desa terpencil adalah krisis yang paling mencolok dan krisis yang sesungguhnya. Hanya saja mereka mampu bertahan hidup dengan cara mereka sendiri. Perkembangan teknologi tidak mereka rasakan dengan seksama. Apalagi situasi politik yang penuh intrik di pusat kota jauh dari percakapan mereka sehari-hari.

Kombinasi dari berbagai macam unsur ekonomi dan produksi tidak dapat ditemui di desa terpencil. Situasi semacam itu luput dari perhatian pemerintah pusat. Gambaran ini begitu nyata dan berwujud di kampung Cioray, di desa Leuwikaret, Klapanunggal, Bogor, Jawa Barat. Sebuah desa tertinggal yang lokasinya tidak jauh dari Ibu Kota Jakarta dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

Tepatnya 12 Agustus 2012, kami tim Adventure for Humanity yang terdiri dari LAZISMU dan K2S (Adventure Offroad) bertandang ke desa tersebut. Kurang lebih jaraknya 10 kilometer dari Kecamatan Gunungputri dan tidak begitu jauh dengan Cikeas tempat kediaman Pak SBY. Untuk dapat masuk ke kampung Cioray, masih menempuh jarak 5 kilometer dengan kondisi jalan tanah bebatuan, menanjak dan menurun.

Sesampai di lokasi, apa yang kami pikirkan sebelumnya ternyata sungguh berbeda dengan apa yang telah kami lihat. Kampung ini tidak teraliri listrik sama sekali. Lukman, dari K2S menuturkan disamping listrik yang tidak tersedia, sanitasi dan MCK pun tidak dimiliki setiap rumah yang kami sambangi. Informasi serupa disampaikan Yakub dari K2S bahwa sumber air yang jauh dari rumah warga merupakan persoalan yang sampai saat ini belum terselesaikan.

Ini bukan cerita hiperbola, sosok Timan, sebagai ketua RT 001/RW 006 kampung Cioray, Desa Leuwikaret, Klapanunggal, Bogor memberi informasi berharga bahwa cerita kemiskinan bukan isapan jempol belaka. Dari 65 kepala keluarga, mayoritas hidupnya bergantung dari hasil pertanian, ucapnya. Tapi, apa yang terjadi ? Di musim kemarau yang lumayan panjang, lahan garapan mereka kering kerontang tidak dapat ditanami tanaman yang menghasilkan, tandasnya.

Timan menambahkan dari 120 anak diusia sekolah di kampungnya setelah lulus SD sebagian besar sulit melanjutkan ke jenjang berikutnya. Maklum sekolah yang ada amat tidak layak untuk belajar. Satu-satunya sekolah ini, Madrasah Ibtidaiyah (MI) hanya memiliki dua ruang kelas. Belajarpun harus bergantian sampai waktunya tiba, jelasnya.

Tak lama setelah itu, waktu menunjukkan pukul 15.05 WIB. Tim Adventure for Humanity tiba di kampung Cibuntu, RT 05/RW 03 Desa Leuwikaret, Klapanunggal. Persis didepan mushola kami berhenti. Sejumlah ibu-ibu dan anak-anak tengah berkumpul di mushola. Seakan-akan mereka menyambut kedatangan kami.

Alhamdulillah, warga menyambut dengan antusias. Sayang, tim kami tidak dapat berjumpa dengan ketua RT, menurut Fatimah beliau sedang bekerja di ladang, jaraknya cukup jauh di tengah hutan. Paket Kadoramadan kami serahkan ke warga kampung Cibuntu. Dari 24 kepala keluarga yang ada semuanya telah tersalurkan. Adapun sisanya kami salurkan kembali ke beberapa titik rumah yang dapat kami temui di tengah perjalanan.

Dari waktu yang tersisa kami saling berbagi kepada warga setempat. Kebetulan, Fatimah yang berada di mushola dengan penuh harap memberikan informasi terkait kampung Cibuntu yang sedang kami datangi. Fatimah mengakui, kampung kami sangat tidak nyaman untuk ukuran standar kesehatan warga. Terutama menyangkut kebersihan air dan lingkungan, ucapnya. Saluran air dan MCK tidak dimiliki oleh setiap rumah warga. Kami hanya memanfaatkan sumber air yang mengalir untuk keperluan sehari-hari, pungkasnya.

Dengan penuh harap Fatimah mengemukakan bahwa ada warga lain diluar kampung yang peduli dengan keaadaan yang ada selama ini. Sementara itu, Bang Tom K2S, mengatakan intinya mereka berharap dengan kedatangan kita semua ada tindak lanjutnya. Hal senada diutarakan Yakub, agar lingkungan bersih dapat tercipta perlu keseriusan warga untuk bergotong royong membersihkan saluran air. Jika sudah dimulai tentang arti penting kebersihan, tidak menutup kemungkinan kami akan datang kembali, tuturnya.

Dari hasil perjalanan misi kemanusiaan ini, kami mencatat bahwa dari kedua kampong ini memiliki persoalan yang sama. Jadi sangat perlu mendapatkan perhatian dari pihak luar. Lukman K2S mengatakan, dari persoalan yang ditemui ini kami berharap LAZISMU dapat mengakomodir. Kami siap membantu untuk misi kemanusiaan selanjutnya, katanya. Jika hari ini waktu dan kapasitasnya terbatas maka di lain hari akan lebih mempertajam program Adventure for Humanity, ucapnya. (LAZISMU)

0 comments:

Post a Comment

Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?