Setelah menunggu selama 1 jam dengan secangkir kopi, Imam
Prihadiyoko datang bersama adiknya, lalu duduk bersama Adi Rosadi, Nazhori Author
dan Nanang Q el-Ghazal dari pegiat filantropi. Sejenak melepas penat, dan seketika itu
obrolan panjang bermula. “Berbagi dan komunitas menjadi topik menarik,” kata
Imam mengawali saat secangkir teh hangat ada dihadapannya dari tangan
pramusaji.
Bersamaan dengan itu, Imam bercerita tentang Muhammadiyah sejauh
yang ia ketahui selama menekuni surat kabar di Batavia. Muhammadiyah telah menyita perhatiannya sebagai pewarta,
dari sana pula Imam mengikuti perkembangan Muhammadiyah dari gerakan pemikiran,
ekonomi, pendidikan, dakwah, budaya dan filantropi.