Anang hanya terdiam saat orang mencemoohnya, dia
tetap melanjutkan merawat padi bersama petani lainnya yang sejalan dengan ide
organik. Perlu kesabaran untuk melihat hasil akhirnya nanti. Anang berharap,
bekal ilmu yang didapatnya serta hasil yang diperolehnya nanti tidaklah ada
dengan instan. “Perlu proses panjang untuk mendapatkan hasil yang diimpikan,”
katanya. Lihat saja nanti, bagaimana hasilnyanya kelak, fakta yang akan
membuktikan, kenangnya kepada kami bercerita.
Saat panen tiba, Anang baru bernapas lega, jerih
payahnya bersama petani-petani lainnya tidak sia-sia. Hasilnya memuaskan, tidak
boros dalam produksinya. Kualitas berasnya juga tidak seperti beras lainnya,
lebih bagus, ujarnya. Benar adanya. Sejalan dengan peribahasa lama, “Barang
siapa menanam, pastia dia akan mengetam” Kegundahannya selama ini, terjawab
sudah. Bersama petani lainnya, Anang begitu bahagia, apalagi panen raya ini
dikunjungi oleh Syaiful Illah, Bupati terpilih Sidoarjo dan Ketua Umum Pimpinan
Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin.
Dalam sambutannya di acara Panen Raya itu, pakar
pertanian UGM, Bambang Suwignyo, mengatakan sektor pertanian memiliki nilai
strategis. “Antara lain dapat memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat,
di saat jumlah penduduk terus meningkat,” katanya. Model pertanian terpadu yang
menjadi program MPM dan LAZISMU, sudah sesuai dengan agenda revitalisasi
pertanian, yang dicanangkan pemerintah. “Pemanfaatan bahan-bahan alami dari
tumbuhan lokal dan kotoran hewan, perlu dikembangkan. “Karena masyarakat,
khususnya petani dan peternak dapat menanam dan memelihara sehingga
pengembangannya dapat dikelola secara mandiri,” jelasnya di depan hadirin.
Pertanian terpadu merupakan solusi kedaulatan dan
kemandirian pangan. Bambang mengingatkan, pengembangan pertanian terpadu akan
jauh lebih optimal, jika ditempuh dengan kekuatan pemberdayaan. “Sehingga
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, dapat dinikmati sepenuhnya oleh
petani tanpa kuasa tengkulak,” katanya. Maka akan memberi nilai tambah dan
melalui pendampingan teknis, para petani dapat berkonsultasi tentang pertanian
organik yang belum diketahuinya kepada pendamping, paparnya.
Bambang menambahkan, sistem pertanian terpadu
mempunyai keunggulan di antaranya: hemat energi, mempertahankan keanekaragaman
hayati, produksi optimum, diversifikasi produk, dan menggunakan sumberdaya
secara terintegrasi. Melalui model mix-farming di pedesaan
sumber-sumber keunggulan di desa merupakan nilai tambah, “Karena sumber-sumber
itu, sebagai pupuk organik, sedangkan tenaga kerjanya orang desa terdekat yang
dianggap sebagai saudara sendiri, mereka dapat menabung, dan memanfaatkan
biogas untuk lahan pertanian,” tandasnya.
Diceritakan bahwa, model pertanian terpadu yang
dikembangkan MPM, mengadopsi dua fungsi pemberdayaan yaitu menstimulasi
partisipasi aktif petani dan mengefektif proses transfer teknologi. Melalui
kedua pendekatan ini diharapkan petani miskin yang lemah selama ini dan
terpinggirkan dalam skema pembangunan nasional serta dihempas berbagai
persoalan ekonomi pertanian yang laten, dapat mengolah lahan pertanian dengan
mandiri.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Badan Pengurus
Lazismu, Hajriyanto Y. Thohari, mengatakan, sudah saatnya pemerintah melakukan
keberpihakan kepada petani. Problem yang dialami petani selama ini telah
memengaruhi produksi pangan yang merugikan petani. “Seperti ketersediaan pupuk,
bibit, irigasi dan lainnya yang menyangkut infrastruktur gagal di akses oleh
petani,” katanya. Nyatanya, harga bibit, pupuk, melambung tinggi. Namun, di
saat panen tiba, harga gabah merosot tajam.
Situasi ini, menurut Hajriyanto, memunculkan
kebijakan impor lagi. Hal ini, harus dibenahi, “Terutama tanggung jawab
pemerintah dalam melindungi petani, dari para tengkulak,” tambahnya. Dengan
demikian, LAZISMU melalui sinerginya bersama MPM, dapat membantu serta
memberdayakan potensi petani, dengan mengajarkan bertani secara organik. Model
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi pertanian tidak akar pernah relevan,
jika pemerintah tidak melindungi petani.
Hal senada, diungkapkan Ketua Umum Muhammadiyah,
Din Syamsuddin, petani berdaulat dan mandiri adalah petani yang dilindungi oleh
pemerintah. Tanpa perlindungan pemerintah, petani akan terus lemah tak berdaya dihisap
tengkulak. “Impor pertanian bukanlah sebuah solusi, justeru semakin menambah
penderitaan petani,” katanya. Hak-hak petani harus segera diberikan, termasuk
hak air, tanpa itu semua, petani tidak akan maksimal menggarap lahan pertanian.
“Monopoli atas hak air harus dilawan, karena akan menyengsarakan petani,”
ungkapnya.
Di samping itu, Bupati Sidoarjo, Syaiful Illah,
mendapat kesempatan berdialog bersama petani. Anang diberi kesempatan untuk
menceritakan pengalaman sederhananya selama bertani. Anang berharap pemerintah
memerhatikan nasib petani. “Anang meminta kepada Bupati agar ketersediaan pupuk
kocor dapat diperoleh dengan mudah. “Tentu saja keytersediaan hewan juga perlu
dipikirkan, kata Anang saat berdialog dengan Bupati.
Bupati menjawab, akan membantu petani di dusun
ini, dengan memberikan hewan ternak. “Kita akan berkoordinasi dengan dinas
pertanian dan peternakan di Sidoarjo, untuk memfasilitasi kebutuhan para
petani,” tuturnya, disaksikan Din Syamsuddin. Pada kesempatan itu, para petani
organik ini juga mendapat bantuan berupa zakat perusahaan dari Bank Mega
Syariah, sebesar Rp 500.000.000,- yang diberikan langsung kepada perwakilan
petani disaksikan M. Khoirul Muttaqin, selaku Direktur Utama Lazismu, dan
Bachtiar D. Kurniawan, selaku Sekretaris MPM PP Muhammadiyah. Acara dilanjutkan
dengan prosesi pemotongan padi sebagai tanda panen raya. (n-a)
0 comments:
Post a Comment
Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?