April 29, 2015

Padi Menguning, Petani Bahagia (Bagian Akhir)



Anang hanya terdiam saat orang mencemoohnya, dia tetap melanjutkan merawat padi bersama petani lainnya yang sejalan dengan ide organik. Perlu kesabaran untuk melihat hasil akhirnya nanti. Anang berharap, bekal ilmu yang didapatnya serta hasil yang diperolehnya nanti tidaklah ada dengan instan. “Perlu proses panjang untuk mendapatkan hasil yang diimpikan,” katanya. Lihat saja nanti, bagaimana hasilnyanya kelak, fakta yang akan membuktikan, kenangnya kepada kami bercerita.

Saat panen tiba, Anang baru bernapas lega, jerih payahnya bersama petani-petani lainnya tidak sia-sia. Hasilnya memuaskan, tidak boros dalam produksinya. Kualitas berasnya juga tidak seperti beras lainnya, lebih bagus, ujarnya. Benar adanya. Sejalan dengan peribahasa lama, “Barang siapa menanam, pastia dia akan mengetam” Kegundahannya selama ini, terjawab sudah. Bersama petani lainnya, Anang begitu bahagia, apalagi panen raya ini dikunjungi oleh Syaiful Illah, Bupati terpilih Sidoarjo dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin.

Dalam sambutannya di acara Panen Raya itu, pakar pertanian UGM, Bambang Suwignyo, mengatakan sektor pertanian memiliki nilai strategis. “Antara lain dapat memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat, di saat jumlah penduduk terus meningkat,” katanya. Model pertanian terpadu yang menjadi program MPM dan LAZISMU, sudah sesuai dengan agenda revitalisasi pertanian, yang dicanangkan pemerintah. “Pemanfaatan bahan-bahan alami dari tumbuhan lokal dan kotoran hewan, perlu dikembangkan. “Karena masyarakat, khususnya petani dan peternak dapat menanam dan memelihara sehingga pengembangannya dapat dikelola secara mandiri,” jelasnya di depan hadirin.

Pertanian terpadu merupakan solusi kedaulatan dan kemandirian pangan. Bambang mengingatkan, pengembangan pertanian terpadu akan jauh lebih optimal, jika ditempuh dengan kekuatan pemberdayaan. “Sehingga pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, dapat dinikmati sepenuhnya oleh petani tanpa kuasa tengkulak,” katanya. Maka akan memberi nilai tambah dan melalui pendampingan teknis, para petani dapat berkonsultasi tentang pertanian organik yang belum diketahuinya kepada pendamping, paparnya.

Bambang menambahkan, sistem pertanian terpadu mempunyai keunggulan di antaranya: hemat energi, mempertahankan keanekaragaman hayati, produksi optimum, diversifikasi produk, dan menggunakan sumberdaya secara terintegrasi. Melalui model mix-farming di pedesaan sumber-sumber keunggulan di desa merupakan nilai tambah, “Karena sumber-sumber itu, sebagai pupuk organik, sedangkan tenaga kerjanya orang desa terdekat yang dianggap sebagai saudara sendiri, mereka dapat menabung, dan memanfaatkan biogas untuk lahan pertanian,” tandasnya.

Diceritakan bahwa, model pertanian terpadu yang dikembangkan MPM, mengadopsi dua fungsi pemberdayaan yaitu menstimulasi partisipasi aktif petani dan mengefektif proses transfer teknologi. Melalui kedua pendekatan ini diharapkan petani miskin yang lemah selama ini dan terpinggirkan dalam skema pembangunan nasional serta dihempas berbagai persoalan ekonomi pertanian yang laten, dapat mengolah lahan pertanian dengan mandiri.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Badan Pengurus Lazismu, Hajriyanto Y. Thohari, mengatakan, sudah saatnya pemerintah melakukan keberpihakan kepada petani. Problem yang dialami petani selama ini telah memengaruhi produksi pangan yang merugikan petani. “Seperti ketersediaan pupuk, bibit, irigasi dan lainnya yang menyangkut infrastruktur gagal di akses oleh petani,” katanya. Nyatanya, harga bibit, pupuk, melambung tinggi. Namun, di saat panen tiba, harga gabah merosot tajam.

Situasi ini, menurut Hajriyanto, memunculkan kebijakan impor lagi. Hal ini, harus dibenahi, “Terutama tanggung jawab pemerintah dalam melindungi petani, dari para tengkulak,” tambahnya. Dengan demikian, LAZISMU melalui sinerginya bersama MPM, dapat membantu serta memberdayakan potensi petani, dengan mengajarkan bertani secara organik. Model intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi pertanian tidak akar pernah relevan, jika pemerintah tidak melindungi petani.  

Hal senada, diungkapkan Ketua Umum Muhammadiyah, Din Syamsuddin, petani berdaulat dan mandiri adalah petani yang dilindungi oleh pemerintah. Tanpa perlindungan pemerintah, petani akan terus lemah tak berdaya dihisap tengkulak. “Impor pertanian bukanlah sebuah solusi, justeru semakin menambah penderitaan petani,” katanya. Hak-hak petani harus segera diberikan, termasuk hak air, tanpa itu semua, petani tidak akan maksimal menggarap lahan pertanian. “Monopoli atas hak air harus dilawan, karena akan menyengsarakan petani,” ungkapnya.

Di samping itu, Bupati Sidoarjo, Syaiful Illah, mendapat kesempatan berdialog bersama petani. Anang diberi kesempatan untuk menceritakan pengalaman sederhananya selama bertani. Anang berharap pemerintah memerhatikan nasib petani. “Anang meminta kepada Bupati agar ketersediaan pupuk kocor dapat diperoleh dengan mudah. “Tentu saja keytersediaan hewan juga perlu dipikirkan, kata Anang saat berdialog dengan Bupati.

Bupati menjawab, akan membantu petani di dusun ini, dengan memberikan hewan ternak. “Kita akan berkoordinasi dengan dinas pertanian dan peternakan di Sidoarjo, untuk memfasilitasi kebutuhan para petani,” tuturnya, disaksikan Din Syamsuddin. Pada kesempatan itu, para petani organik ini juga mendapat bantuan berupa zakat perusahaan dari Bank Mega Syariah, sebesar Rp 500.000.000,- yang diberikan langsung kepada perwakilan petani disaksikan M. Khoirul Muttaqin, selaku Direktur Utama Lazismu, dan Bachtiar D. Kurniawan, selaku Sekretaris MPM PP Muhammadiyah. Acara dilanjutkan dengan prosesi pemotongan padi sebagai tanda panen raya. (n-a)

0 comments:

Post a Comment

Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?