Jalan bebatuan itu lebarnya tak lebih dari 1,5 meter. Jalan di kampung
Karangmulia, Desa Selawangi ini hanya bisa dilalui satu mobil. Keadaan di
sekitarnya masih sunyi. Jarak rumah dengan yang lainnya tidak terlalu rapat
karena setiap rumah warga memiliki tanah yang cukup lebar.
Untuk
menuju kampung yang berada di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor ini
melewati jalan raya Jonggol Kota yang tembus ke arah Cianjur. Kurang lebih
jarak tempuhnya 1,5 jam dari Taman Buah Mekarsari. Desa Selawangi masih hijau, pohon
buah-buahan seperti bacang, rambutan, nangka banyak ditemui selama perjalanan.
Kendati
dekat dengan lembah pengunungan, di musim kemarau ini kampong Karangmulia terasa
panas. Gunung Batu dan lebatnya pepohonan tak memberikan pengaruh udara menjadi
sejuk. Namun jika malam hari udara terasa dingin hingga menusuk tulang.
Di
kampung ini pula, pada Sabtu, 12 Agustus 2017, Lazismu tiba di suatu kawasan
tempat budi daya ternak domba. Sebuah lahan peternakan yang luasnya 1,5 hektar
milik Bagas Farm yang tak lain adalah mitra Lazismu dalam pemberdayaan peternak
kambing dan domba.
Menurut
Indra Wijaya dari Bagas Farm, lokasi ternak ini sudah berjalan selama 4 tahun.
Lokasi yang jauh dari kota dipilih karena persoalan sumber pakan untuk domba
yang masih ada. “Rumput segar mudah didapat sehingga perawatannya tidak terlalu
sulit,” katanya.
Dari
pagi hari petugas pencari rumput leluasa ngarit untuk mendapatkan puluhan
karung rumput. “Mereka akan kembali pukul 10.00 wib dengan rumput segarnya,”
tambah Indra. Indra bercerita perlu pengawasan rutin agar kesehatan domba
terjaga. Saat pertama kali, ada ratusan domba yang mati. Itu tidak membuat kami
jera untuk terus budi daya domba, cerita Indra.
Karena
itu, ada 7 karyawan yang mengawasi dan merawat hampir 2000 domba di kandang
ini. Dulu masih satu kandang seluas lapangan futsal kata Indra. Pengalaman
berternak mengasah kami untuk terus ingin berkembang. “Tiga kandang baru kami
buat kembali karena jumlah domba yang terus bertambah,” paparnya.
Untuk
pembibitan kami pisahkan tersendiri dengan kandang khusus. Di kandang itu domba
betina yang siap melahirkan dipantau kesehatannya. Meski siang terasa panas,
tiga pohon yang rindang memayungi lokasi ternak tersebut dan udara tidak terasa
panas.
Maman
Abudrahman (27) yang sudah hampir setahun merawat kambing ini mengaku senang
ketika melihat domba-domba mengembik saling bersahutan saat waktu makan tiba.
Bersama 5 orang rekannya, Maman sehari-hari berada di kandang ini.
Mulai
dari mengarit, mencacah rumput hingga mencampur rumput yang telah dicacah
dengan konsentrat yang siap di masukan dalam setiap drum biru berwarna plastik
sebagai tempat menyimpan makanan. Rumput yang digiling dicacah dan dipisahkan
untuk campuran konsentrat agar kaya gizi bagi domba.
Konsentrat sebagai campuran karena berbahan dasar ampas
bungkil, jagung, kulit kacang, kulit kopi, kulit sawit, kulit kedelai dan ampas
tumbuhan berserat lainnya.
Maman
mengatakan, semua domba diberi makan 2 kali dalam sehari. “Di pagi hari
diberikan saat pukul 06. 30 wib, dan sore harinya diberikan kembali saat pukul
15.30 wib,” katanya. Di sini juga ada domba Australia dan domba Garut untuk
dikembang-biakan, pungkasnya.
Setiap
kandang terdiri dari bagian-bagian berbentuk kotak-kotak yang diisi domba 5
ekor, 6 ekor dan 7 ekor tergantung besar kecilnya. Setiap bagian-bagian itu
dilengkapi wadah untuk rumput dan konsentrat untuk mempermudah domba
mengeluarkan kepala saat makan.
Maman
beryukur bisa bekerja di sini. Sedikit banyak ia memeroleh pengetahuan bagimana
merawat domba yang baik, tuturnya. Setiap hari Maman bekerja dari pagi hari dan
selesai setelah memberikan makan domba setelah waktu ashar, ceritanya. Di luar
itu, Maman bersama rekan-rekannya bisa bekerja paruh waktu seperti berkebun.
Ingin Berdayakan
Peternak di Desa
Sayang
di lokasi itu kami tidak bertemu kepala kandang, karena sedang pergi ke Bekasi.
Dan kami juga tidak bertemu Pak Herdiyanto pemilik peternakan Bagas Farm ini.
Percakapan
kami tidak berhenti di situ. Pak Abdurrahman menemani kami seharian bersama
kawan-kawan dari Kumparan.com yang ikut ke lokasi untuk peliputan berita
bersama Lazismu.
Sebenarnya,
menurut cerita Bang Dur sapaan karib Pak Abdurrahman, ada semacam mimpi besar
kami soal peternakan domba ini. Intensitas bertenak dan mengawasi itu sudah
pasti. Harapan besarnya adalah bagaimana keberadaan kami di desa Selawangi
dapat memberdayakan warga desa.
Mengapa
kami tidak sendirian. Ada beberapa kawan-kawan yang memiliki mimpi yang sama termasuk
Lazismu, papar Bang Dur. “Mimpi itu adalah memberdayakan peternak kambing dan
domba agar bahagia,” tukasnya.
Nilai pentingnya, kata bang Dur adalah pemberdayaan
ekonomi lewat beternak hewan kurban. Karena itu, memerlukan tempat dan kondisi
yang pas untuk bertenak, bebernya.
“Yang paling utama adalah kesehatan hewan dan
kesediaan pakan ternak,” tambah Bang Dur. Selama ini nasib peternak begitu
memperihatinkan. Keuntungan mereka nilai lebihnya telah dimanfaatkan oleh para
belantik, katanya.
Maka untuk menyelamatkan para peternak di desa, pelu kerjasama
dengan para peternak itu sehingga hasilnya akan dinikmati saat tiba waktunya. Ini
pasti butuh proses yang panjang, ungkap Bang Dur. Dengan memerhatikan peran
peternak, nilai ekonomi akan tumbuh. Dengan demikian, dapat dirasakan oleh
peternak dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, jelasnya.
Perlu kesabaran memang, tahap demi tahap. Apalagi
membuka wawasan perternak kambing dan domba di desa bagaimana cara berternak
yang benar. Edukasi menjadi penting agar tumbuh kesadaran bertenak yang
mumpuni.
Maret lalu, Bagas Farm,
lanjut Bang Dur sudah bicara panjang lebar bersama Lazismu. Bahkan kami juga
sudah berikrar bekerjasama mengenai sinergi program ternak kurban berupa
kambing dan sapi.
Bang Dur bersama Heryando,
yang bertandang ke Lazismu, mengatakan, program itu nantinya merujuk pada hak
peternak. “Peternak layak mendapatkan hasil yang maksimal dan lebih baik,” kata
Bang Dur.
Bila selama satu tahun
misalnya, keuntungan itu bisa diperoleh peternak. Maka mereka tidak pernah
menikmati hasilnya, setelah para belantik mengambil separuh dari
keberhasilannya,” paparnya.
Saat ini, di Bagas Farm sudah
ada 12 peternak yang terlibat budi daya kambing dan domba. Semoga di lain waktu
akan terus berkembang dan dapat memberdayakan para peternak kambing dan domba.
(na)
0 comments:
Post a Comment
Apa Tanggapan Anda? Atau Ada Ide lain yang mencerahkan?